Ketahuan
Bismillahirrahmaanirrahiim
Pengalaman hidup memang sangat menarik, pengalaman mengingatkan
kepada sesuatu yang pernah kita alami dahulu, dan dapat diceritakan kepada
siapapun dengan kehendak kita.
***
Aku berangkat sekolah dengan penuh semangat, bahwa nanti akan
bisa mengerjakan soal sosiologi. Saat itu sedang ada mid smester disekolahku.
Sesampainya di sekolah, ada seorang teman yang memanggilku, dia adalah
sahabatku.
“Mafud”. Aku tengak-tengok kebingungan, siapa y, kata dalam
hatiku.
Tidak lama kemudian dia menampakan dirinya
“Door..r,..r...!”
Dengan suara keras yang menusuk telinga kananku.
“Gak kaget lah.”
Dia kemudian menanyakan sesuatu yang membuatku bingung.
“Gimana Fud?”
“Apanya Zi?”
“Biasa lah, catatanmu”.
“Oh kirain apa, udah dong, lah kamu si?”
“Sudah beres juga dong.”
Tak lama kemudian setelah berbincang-bincang bel berbunyi, tanda
sudah masuk.
Tettt..tt.. tett..tt.. tett..tt…
Suara ringan yang keluar dari sebuah alat yang terpasang di
tembok dekat tiang.
Kami pun masuk berbondong-bondong dengan tertib dan siap untuk
mengikuti ulangan mid semester, walau terlihat masih ada beberapa anak yang
masih sibuk belajar. Kelasku duduk bersama dengan kelas XII, tepatnya di ruang
3. Posisi duduku dibarisan paling utara nomor 3 dari depan. Aku duduk dengan
kaka kelas perempuan. Temanku yang di belakang dan di depan tempat duduku
lumayan cukup pintar. Di jam pertama ini Bu Asih giliran menjaga ruanganku ini
untuk mengawasi anak- anak. Dengan wajah tegasnya dibarengi senyum imutnya Bu
Asih mengucapkan salam,
“Assalamu’alaikum..”
Dengan serentak kami menjawab salamnya. “Wa’alaikum salam.”
“Sebeum dimulai, mari kita berdo’a dahulu”. kata Bu Asih
menyuruh kita berdo’a.
Ketua kaka kelas pun menyiapkan dengan tegasnya. Setelah selesai
berdoa kami siap menerima soalnya.
“Jangan menyotek, kerjakan dengan jujur, jangan tengak tengok
nanti kepalanya sakit”. canda Bu Asih sambil membagi kertas yang berisikan soal-soalnya.
“iya Bu!” jawab kami serentak.
Kami pun membalas dengan senyuman. Ada seorang dari kaka kelas
menyahut
“Oh ya, oke lah bu, tidak boleh nyontek, kalau nurun berarti
boleh dong.” semua pun tertawa atas balasan ucapan kaka kelas itu.
Setelah soal selesai diberikan kami siap mengerjakan, dan tak
terkecuali aku. Bu Asih berjalan ke setiap meja menanda tangani kartu peserta
ujian mid smester. Setelah selesai menulis nama dan kelas, aku mulai beraksi.
Dengan suara lirih aku memanggil Ozi, temanku “Zi nomor
4”.
Ozi pun membalasnya “belum, baru nulis nama”.
Tiba-tiba Bu Asih memperingatkan. “Sssttttt..tt., kerjakan
sendiri!”
Sambil menuggu Bu Asih duduk dan tidak memerhatikan muridnya, aku
mengerjakamn yang mudah dahulu. Setelah semua tenang, dan Bu Asih duduk
sambil berbincang-bincang dengan
pengawas yang satunya aku mulai melancarkan aksi yang menurutku amat jitu.
Contekan yang aku letakan di kaos kaki siap ku rogoh. Dengan berlahan tangan
satuku menyeliap. Tiba-tiba terdengar suara yang datang ke telingaku “kletak-kletuk”.
Aku tak menghiraukannya. Padahal itu suara sepatu Bu Asih yang sedang mendekat.
Saat itu wajahku sedang tertunduk ke bawah, sehingga tidak melihatnya. Dengan berlahan
aku mengambil contekanku tanpa melihat situasi dan kondisi.
“Hayo, lagi ngapain itu Mahfud?”
Aku kaget, tidak bisa berkutik saat itu. Tiba-tiba Bu Asih
memerintahkan untuk menunjukan kepadanya. “Cepat keluarkan!”
Aku menjawabnya. “Bukan apa-apa Bu, cuma gatal”.
Bu Asih tidak percaya, dan terus mendesak aku agar
mengeluarkannya. Dengan nada agak menghentak mengatakan. “CEPAT!”
Dengan terpaksa aku mengeluarkannya. Semua pandanga teman-teman
tertuju padaku semua, aku amat malu. Kemudian Bu Asih berkata. “Dah lanjutkan
kerjakan, jangan nyontek!”
Aku sangat bingung untuk mengerjakanya, apalagi mapelnya
sosialogi yang cukup banyak jawabannya juga pengertiannya dan lain-lain, akhirnya
kukerjakan sendiri semua soal itu, kira-kira 60 menit waktu yang kupakai dari
120 menit yang disediakan, kemudian aku langsung keluar dan menuju kantin, tak
lama kemudian ada temanku ikut keluar.
Setelah di kantin temanku sambil tertawa mengatakan. “Lagi-lagi
hati-hati mau nyontek, lihat-lihat dulu.”
Aku termenung, mengingat kejadian tadi, dan menjawab pernyataan
temanku itu. “Ya lah, gampang.”
***