KEIKHLASAN
Panas begitu terasa menyengat. Seorang Pemuda
berjalan menuju rumah seorang yang begitu ia sayangi. Rumah yang akan
dikunjungi Si Pemuda itu berada dekat dengan persawahan, sekitar lima meter
dari pemukiman warga. Sehingga suasana begitu alami. Terlihat di balai rumah
itu seorang pria yang telah lanjut usia.
“Assalamu’alaikum.”
sapa Si Pemuda.
“Wa’alaikum salam
Nak.” jawab PakTua begitu ramah. Mereka berdua sudah saling kenal dan begitu
akrab. “Silahkan duduk Nak.”
Si Pemuda
berjalan mendekati Pak Tua itu yang sedang duduk di balai rumahnya. Kemudian Si
Pemuda duduk disampingnya.
“Gerangan apakah
yang membuatmu kesini Nak?” tanya Pak Tua.
Si Pemuda
tersenyum sungging, “Sebuah prtanyaan Mbah.”
Suasana kemudian
hening sejenak. Mereka masuk kedalam pekirannya masing-masing sambil menatap
pemandangan sekitar.
“Hemmm…” Pak Tua
memecah keheningan. “Sebutkan.”
“Bagaimana agar
aku bersedekah bisa ikhlas?” tanyanya sambil menatap wajah Pak Tua.
Suasana pun
kembali haening. Bahkan lebih lama dari yang tadi. Kemudian Pak Tua itu bejalan
keluar dari balai rumahnya. Berjalan mengelilingi halaman rumahnya. Tak lama
Pak Tua itu berhenti di samping pohon pisang miliknya. Pak Tua berdiri tegap
sambil mengankat tangan, isarat untuk Si Pemuda mendekatinya.
Si Pemuda
berjalan menghampiri, “Ada apa Mbah?”
“Apa kau tahu ini apa?” tanya Pak Tua sambil mengarahkan jari
telunjuknya kebawah.
“Kalau tidak
salah itu kotoran ayam.” jawab Si Pemuda sambil mengamatinya.
Keadaan hening
kembali. Si Pemuda merasa bingung dengan semua ini. Ia ingin bertanya namun tak
berani. Apa maksud dari semua ini. Kata dalam hati Si Pemuda. Di lain
sisi Pak Tua itu tersenyum melihat mimik wajah Si Pemuda. Mungkin ia bingung,
sangat bingung malah.
“Sudah kau
temukan Nak?”
Si Pemuda masih
memikirkannya, “Belum.”
“Mari kebalai
rumah lagi.” ajak Pak Tua.
Sesampainya,
“Itulah
keikhlasan.” Pak Tua mulai menjelaskan maksudnya. “Jika engkau ingin bersedekah
dengan ikhlas umpamakan apa yang kau sedekahkan itu kotoran. Mengapa? Karena
dengan begitu engkau tak memikirkan lagi. Karena pada hakikatnya sedekah itu membersihkan
rizki yang tela dikaruniakan Allah pada hamba-Nya. Dan rizki yang
dikaruniakan-Nya ada hak yang bukan milikmu…
“Dengan engkau
bersedekah, berarti engkau telah memberikan hak yang bukan milikmu, begitupun
membersihkan rizki yang telah engkau dapat. Dan perumpamaan tadi adalah sarana
untuk melatih keikhlasan, tapi bukan dengan menyedekahkan seseuatu yang jelek.”
Mereka berdua
tertawa. Si pemuda puas dengan jawaban Pak Tua itu.
“Ingat! Yang tadi
hanya perumpamaan untuk melatih keikhlasan.” kata Pak Tua. “Itu hanya satu dari
banyak cara. Namun mudah-mudahan dengan yang ini engkau paham Nak.”
Mereka pun
senyum, menandakan kepuasan di masing-masing perasaan. Pak Tua telah memberikan
sesuatu yang bermanfaat, dan Si Pemuda juga mendapatkan jawabanya. Si Pemuda
itu manggut-manggut. Terasa bahagia setelah yang mengganjal hatinya terjawab.