Monday, February 16, 2015

Cerpen (KEIKHLASAN)



KEIKHLASAN
Panas begitu terasa menyengat. Seorang Pemuda berjalan menuju rumah seorang yang begitu ia sayangi. Rumah yang akan dikunjungi Si Pemuda itu berada dekat dengan persawahan, sekitar lima meter dari pemukiman warga. Sehingga suasana begitu alami. Terlihat di balai rumah itu seorang pria yang telah lanjut usia.
          “Assalamu’alaikum.” sapa  Si Pemuda.
          “Wa’alaikum salam Nak.” jawab PakTua begitu ramah. Mereka berdua sudah saling kenal dan begitu akrab. “Silahkan duduk Nak.”
          Si Pemuda berjalan mendekati Pak Tua itu yang sedang duduk di balai rumahnya. Kemudian Si Pemuda duduk disampingnya.
          “Gerangan apakah yang membuatmu kesini Nak?” tanya Pak Tua.
          Si Pemuda tersenyum sungging, “Sebuah prtanyaan Mbah.”
          Suasana kemudian hening sejenak. Mereka masuk kedalam pekirannya masing-masing sambil menatap pemandangan sekitar.
          “Hemmm…” Pak Tua memecah keheningan. “Sebutkan.”
          “Bagaimana agar aku bersedekah bisa ikhlas?” tanyanya sambil menatap wajah Pak Tua.
          Suasana pun kembali haening. Bahkan lebih lama dari yang tadi. Kemudian Pak Tua itu bejalan keluar dari balai rumahnya. Berjalan mengelilingi halaman rumahnya. Tak lama Pak Tua itu berhenti di samping pohon pisang miliknya. Pak Tua berdiri tegap sambil mengankat tangan, isarat untuk Si Pemuda mendekatinya.
          Si Pemuda berjalan menghampiri, “Ada apa Mbah?”
          “Apa kau tahu ini apa?” tanya Pak Tua sambil mengarahkan jari telunjuknya kebawah.
          “Kalau tidak salah itu kotoran ayam.” jawab Si Pemuda sambil mengamatinya.
          Keadaan hening kembali. Si Pemuda merasa bingung dengan semua ini. Ia ingin bertanya namun tak berani. Apa maksud dari semua ini. Kata dalam hati Si Pemuda. Di lain sisi Pak Tua itu tersenyum melihat mimik wajah Si Pemuda. Mungkin ia bingung, sangat bingung malah.
          “Sudah kau temukan Nak?”
          Si Pemuda masih memikirkannya, “Belum.”
          “Mari kebalai rumah lagi.” ajak Pak Tua.
          Sesampainya,
          “Itulah keikhlasan.” Pak Tua mulai menjelaskan maksudnya. “Jika engkau ingin bersedekah dengan ikhlas umpamakan apa yang kau sedekahkan itu kotoran. Mengapa? Karena dengan begitu engkau tak memikirkan lagi. Karena pada hakikatnya sedekah itu membersihkan rizki yang tela dikaruniakan Allah pada hamba-Nya. Dan rizki yang dikaruniakan-Nya ada hak yang bukan milikmu…
          “Dengan engkau bersedekah, berarti engkau telah memberikan hak yang bukan milikmu, begitupun membersihkan rizki yang telah engkau dapat. Dan perumpamaan tadi adalah sarana untuk melatih keikhlasan, tapi bukan dengan menyedekahkan seseuatu yang jelek.”
          Mereka berdua tertawa. Si pemuda puas dengan jawaban Pak Tua itu.
          “Ingat! Yang tadi hanya perumpamaan untuk melatih keikhlasan.” kata Pak Tua. “Itu hanya satu dari banyak cara. Namun mudah-mudahan dengan yang ini engkau paham Nak.”
          Mereka pun senyum, menandakan kepuasan di masing-masing perasaan. Pak Tua telah memberikan sesuatu yang bermanfaat, dan Si Pemuda juga mendapatkan jawabanya. Si Pemuda itu manggut-manggut. Terasa bahagia setelah yang mengganjal hatinya terjawab.