Saturday, March 14, 2015

Penuhi Panggilan Sang Majikan-Cerpen



Penuhi Panggilan Sang Majikan
“Assalamu’alaikum.” sapa si Pemuda kepada pak tua.
            ”Wa’alaikum salam Nak.” sambuut Pak Tua penuh ramah.
            Hari kian gelap. Waktu menunjukan akan tiba shalat mghrib. Terlihat mega merah menghiasi langit dunia, yang menambah indah nan menakjubkan. Pemuda itu sengaja menghampiri seorang yang ia sayangi. Ia ingin berangkat ke masjid bersamanya.
            “Ada apa to?” kata Pak tua sambil berjalan mendekati Si Pemuda yang berada di depan rumahnya. “Silakan duduk sini.”
            “Baik. Ngomong-ngomong mengganggu nda Mbah?” kata si Pemuda dengan senyum mengembang dibibirnya.
            Allohu akbar Allohu akbar… terdengar suara adzan berkumandang.
            “Sudah adzan Mbah. Maksud saya datang kesini ingin berangkat bersama.”
            “O… begitu to,” Pak Tua itu kemudian masuk. Tak berapa lama Pak Tua keluar dengan dandanan baju gamis. Begitu terlihat wibawa dalam pandangan Si Pemuda . “Mari berangkat.”
            Mereka berduapun berjalan beriringan dengan Si Pemuda agak  di belakang satu langkah. Belum  ada pembicaraan antara mereka berdua.  Jarak masjid dari rumah Pak tua itu lumayan jauh, sekitar seratus meter. Masyarakat yang hendak kemasjid mereka sapa dengan ramah tamah.
            “Nak…” panggil Pak Tua pada Si Pemuda.
            “Dalem Mbah.” sahutnya.
            “Nak…” panggil Pak Tua pada Si Pemuda lagi.
            “Dalem Mbah.” Sahut Si Pemuda sambil berjalan mensejajarkan jalannya kepada Pak Tua.
            “Nak…” panggil Pak Tua pada Si Pemuda lagi.
            “Dalem Mbah.” sahutnya lagi.
            “Tahukah kamu apa yang di lakukan seorang budak ketika di panggil oleh sang majikan?” kata Pak Tua sambil menatap Si Pemuda.
            “Si budak itu akan menghampiri untuk memenuhi panggilan si majikan.” jawab Si Pemuda penuh kemantapan.
            “Kalau si budak tak menghampiri, apa yang terjadi?”  tanya Pak Tua.
            “Mungkin sang majikan akan bersabar, kemudian menghampiri untuk diperingatkan agar tak mengulanginya kembali.”  jawabnya lagi.
            “Jawaban yang bagus.” kata Pak Tua dengan senyum memandang si pemuda. “Padahal peringatan sudah diberikan, lebih lagi si budak itu telah di beri tempat tinggal, makan, pakaian, dan fasilitas hidup lainnya oleh si majikan. Namun si budak masih tetap seperti itu, lalu apa  yang dirasakan oleh majikan, dan bisa saja perlakuan apakah yang akan di beri oleh si majikan pada si budak. Dan kau tahu Nak, budak tu tak memiliki hak apapun bahkan perlindungan dari selainnya saja.
            “Celakalah budak itu.” jawab Si Pemuda. “Si budak akan mendapan murka majikan, dan bahkan fasilitas untuk memenuhi kehidupannya tak akan diberinya lagi. Malanglah ia, mungkin cepat atau lambat matilah yang mengakhirinya.”
            Pak Tua terkekeh mendengar jawaban Si Pemuda.  Si Pemuda pun ikut terkekeh, namun suaranya ia sembunyikan. Akhirnya sampailah mereka berdua di masjid. Dalam hati Si Pemuda bertanya-tanya apakah maksud semuanya. Pasti ada sesuatu prihal pertanyaan yang tadi beliau utarakan padaku.
***
            Usai shalat Isya mereka berdua pun berjalan bersama. Si Pemuda ingin menemani pulang Pak Tua, sebenarnya Pak Tua pun berani untuk pulang sendiri. Karena ada maksud tersembunyilah Si Pemuda ingin menemani Pak Tua pulang. Dalam perjalanan mereka berdua saling diam. Sesekali mereka menyapa pada orang yang hendak pulang dari mesjid saat berpapasan atau ngobrol saat ada orang yang se-arah dengan mereka berdua.
            Rumah Pak Tualah yang paling jauh dari masjid. Namun Pak Tua tak pernah absen kecuali keadaan tak bersahabat. Saat keadaan mulai sepi, hanya mereka berdua, Si Pemuda mulai ingin mengutarakan niatnya.
            “Mbah.” Si Pemuda mulai mebuka pembicaraan .
            “Hemm…”
            “Saya ingin tahu makna antara si majikan dan si budak yang telah kita bicarakan saat hendak kemasjid.”
            “Oh…  tentang itu, kirain kamu dah tahu maknannya.” Pakt Tua senyum pada Si Pemuda itu.
            Tiga langkah suasana hening.
            “Begini,” kata Pak Tua mulai menjelaskan. “sang majikan itu adalah Gusti Allah, dan si budak itu adalah kita, para manusia.”
            Si pemuda menganggukan kepala, mulai paham tentang perumpamaan Pak Tua.
            “Bedanya kalo kita tak bisa menebak perlakuan Gusti Allah terhadap  apa yang akan ditimpakan pada manusia seperti itu. Boleh jadi murka, atau ampunan berupa hidayah atau apapun, wong Gusti Allah berhak melakukan apapun.
            “Beda dengan manusia. Pasti jawabanya satu. Marah.” Pak Tua terkekeh. “Coba kalau Gusti Allah sudah marah, daya apakah kita? Kita tak bisa apa-apa. Untuk mengangkat satu kaki tak bisa apalagi selangkah maju, pun tak bisa. Malah Gusti Allah menawarkan suruh mencari atau berlindung dengan tuhan yang lain. Tapi ya ndak mungkin ada, lah  wong cuma satu tuhan sejagat raya ini.”
            Si Pemuda manggut-manggut. Puas atas jawaban Pak Tua itu. Tak terasa meraka sampai di rumah Pak Tua. Mereka pun bersalaman.
            “Terima kasih Mbah atas ilmunya. Keberkahan selalu tercurakan.” kata si pemuda. “Pulang dulu saya, Assalamu’alaikum.”
            “Wa’alaikumus salam.” jawab Pak Tua. “Ingat Nak, selalu usahakan untuk penuhi panggilan majikanmu, jika kamu ingin dikasihi.”
            Akhirnya Si Pemuda mulai meniggalkan rumah Pak Tua itu. Alhamdulillah, kata dalam hatinya.

Monday, February 16, 2015

Cerpen (KEIKHLASAN)



KEIKHLASAN
Panas begitu terasa menyengat. Seorang Pemuda berjalan menuju rumah seorang yang begitu ia sayangi. Rumah yang akan dikunjungi Si Pemuda itu berada dekat dengan persawahan, sekitar lima meter dari pemukiman warga. Sehingga suasana begitu alami. Terlihat di balai rumah itu seorang pria yang telah lanjut usia.
          “Assalamu’alaikum.” sapa  Si Pemuda.
          “Wa’alaikum salam Nak.” jawab PakTua begitu ramah. Mereka berdua sudah saling kenal dan begitu akrab. “Silahkan duduk Nak.”
          Si Pemuda berjalan mendekati Pak Tua itu yang sedang duduk di balai rumahnya. Kemudian Si Pemuda duduk disampingnya.
          “Gerangan apakah yang membuatmu kesini Nak?” tanya Pak Tua.
          Si Pemuda tersenyum sungging, “Sebuah prtanyaan Mbah.”
          Suasana kemudian hening sejenak. Mereka masuk kedalam pekirannya masing-masing sambil menatap pemandangan sekitar.
          “Hemmm…” Pak Tua memecah keheningan. “Sebutkan.”
          “Bagaimana agar aku bersedekah bisa ikhlas?” tanyanya sambil menatap wajah Pak Tua.
          Suasana pun kembali haening. Bahkan lebih lama dari yang tadi. Kemudian Pak Tua itu bejalan keluar dari balai rumahnya. Berjalan mengelilingi halaman rumahnya. Tak lama Pak Tua itu berhenti di samping pohon pisang miliknya. Pak Tua berdiri tegap sambil mengankat tangan, isarat untuk Si Pemuda mendekatinya.
          Si Pemuda berjalan menghampiri, “Ada apa Mbah?”
          “Apa kau tahu ini apa?” tanya Pak Tua sambil mengarahkan jari telunjuknya kebawah.
          “Kalau tidak salah itu kotoran ayam.” jawab Si Pemuda sambil mengamatinya.
          Keadaan hening kembali. Si Pemuda merasa bingung dengan semua ini. Ia ingin bertanya namun tak berani. Apa maksud dari semua ini. Kata dalam hati Si Pemuda. Di lain sisi Pak Tua itu tersenyum melihat mimik wajah Si Pemuda. Mungkin ia bingung, sangat bingung malah.
          “Sudah kau temukan Nak?”
          Si Pemuda masih memikirkannya, “Belum.”
          “Mari kebalai rumah lagi.” ajak Pak Tua.
          Sesampainya,
          “Itulah keikhlasan.” Pak Tua mulai menjelaskan maksudnya. “Jika engkau ingin bersedekah dengan ikhlas umpamakan apa yang kau sedekahkan itu kotoran. Mengapa? Karena dengan begitu engkau tak memikirkan lagi. Karena pada hakikatnya sedekah itu membersihkan rizki yang tela dikaruniakan Allah pada hamba-Nya. Dan rizki yang dikaruniakan-Nya ada hak yang bukan milikmu…
          “Dengan engkau bersedekah, berarti engkau telah memberikan hak yang bukan milikmu, begitupun membersihkan rizki yang telah engkau dapat. Dan perumpamaan tadi adalah sarana untuk melatih keikhlasan, tapi bukan dengan menyedekahkan seseuatu yang jelek.”
          Mereka berdua tertawa. Si pemuda puas dengan jawaban Pak Tua itu.
          “Ingat! Yang tadi hanya perumpamaan untuk melatih keikhlasan.” kata Pak Tua. “Itu hanya satu dari banyak cara. Namun mudah-mudahan dengan yang ini engkau paham Nak.”
          Mereka pun senyum, menandakan kepuasan di masing-masing perasaan. Pak Tua telah memberikan sesuatu yang bermanfaat, dan Si Pemuda juga mendapatkan jawabanya. Si Pemuda itu manggut-manggut. Terasa bahagia setelah yang mengganjal hatinya terjawab.

Wednesday, January 14, 2015

Kehidupan Semut (Artikel bagian -2)



Semut dalam kebudayaan manusia

Pandangan semut dalam Islam
Hingga ketika mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut, ‘Wahai semut-semut! Masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari’.” (An-Naml 27: 18)
Sobat kreatif sering mendengar cerita tentang nabi Sulaiman as. dengan bala tentaranya yang juga diabadikan dalamAl quran, dan di baca oleh semua muslimin hingga hari kiamat. Ayat di atas menerangkan, semut memiliki seorang pemimpin yang punya kepedulian sosial tinggi untuk menyelamatkan rakyatnya dari bahaya. Ia tidak hanya memikirkan dirinya sendiri ketika ada bahaya mendekati koloninya. Ayat tersebut juga menjelaskan, hewan ini memiliki ketajaman indera dan sikapnya yang sangat hati-hati, terutama terhadap bahaya. Tidak hanya itu, etos kerjanya juga sangat tinggi. Dengan kesabaran dan kekompakannya, mereka bisa membangun sarang yang besar dan kuat sebagai tempat perlindungan dari mara bahaya. Ini mereka lakukan sepanjang hari dan malam, kecuali malam-malam gelap saat bulan tidak memancarkan sinarnya.
Solidaritas yang terbangun dalam koloni ini juga tinggi. Bila salah satu dari mereka menemukan makanan, ia akan minta tolong teman-temannya membawa makanan tersebut ke sarangnya. Bahkan menurut Ibnul Qayyim dalam kitabnya Syifa’ul ‘Alil fii Masa’il al-Qodho’ wal Qodar wal Hikmah wat Ta’lil, ia memanggil teman-temannya hingga tiga kali. Jumlah semut yang berkumpul bergantung pada besar dan kualitas makanan tersebut. 

Yang unik bila makanan itu berupa biji-bijian, mereka akan memecah belah. Mutawalli Sya’rawi dalam tafsirnya menulis, “Ini merupakan suatu keajaiban dimana Anda akan menemukan dalam sarang semut beberapa biji-bijian yang telah terbelah-belah agar tidak tumbuh. Para ilmuwan menemukan ada satu biji yang dibelah empat yaitu biji ketumbar. Kalau biji ketumbar ini dibelah dua, maka setiap bagian masih bisa tumbuh, akan tetapi semut-semut tersebut membelah biji ketumbar menjadi empat bagian agar tidak bisa tumbuh. Karena jika biji tersebut tumbuh, ia akan menutup sarang mereka. Oleh sebab itulah, semut menyimpan biji-bijian tersebut sampai mereka bisa memakannya pada saat musim dingin tiba. Maha Suci Allah yang telah memberikan pengetahuan ini pada semut-semut tersebut,” (Tafsir Sya’rawi tentang surat An-Naml: 18 )
Bila makanan sudah di dapat, mereka akan membaginya secara adil sesuai dengan fungsi masing-masing. Menariknya, mereka bekerja secara sistematis dalam menyelesaikan masalah. Dengan kemurahan hati, mereka tidak pernah berebut dan merasa yang paling berhak di banding lainnya. Ketika Ibnu Taimiyah mendapat cerita dari Ibnu Qoyyim mengenai kehidupan semut, ia berkata, “Sesungguhnya semut diciptakan Allah dengan watak jujur dan mencela kebohongan.” (Kitab Syifa’ul ‘Alil)
Bahkan dalam sebuah Hadits disebutkan, koloni hewan ini juga merupakan umat yang selalu bertasbih kepada Allah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ada semut yang menggigit seorang Nabi dari Nabi-nabi terdahulu, lalu Nabi itu memerintahkan agar membakar sarang semut-semut itu. Maka kemudian Allah mewahyukan kepadanya, firman-Nya: “Hanya karena gigitan seekor semut, maka kamu telah membakar suatu kaum yang bertasbih”.(HR Bukhari)

Berguru Pada Semut
Segerombolan semut bergotong-royong memikul bangkai seekor ulat yang ukuran tubuhnya jauh lebih besar beberapa kali lipat diabandingkan ukuran seekor semut. Awalnya ada seekor semut yang menyimpang dari jalur yang biasanya dilewati teman-temannya dan menemukan bangkai ulat. Kemudian ia mencoba untuk menarik ulat dengan cara menggigit ujung perutnya. Berkali-kali dia mencoba dan bangkai ulat tersebut tidak bergeming sedikit pun. Tiba-tiba, ia melepaskan gigitannya dan masuk kembali dalam barisan. Tidak lama kemudian terlihat beberapa ekor semut mulai menyimpang dari jalur utama dan menuju ke arah bangkai ulat. Mereka bersama-sama membawa ulat ke dalam barisan. Ketika masuk dalam jalur utama, terlihat beberapa semut mulai berhenti dan ikut menggigit bangkai ulat tersebut dan dibawa ke dalam sarang.
Menurutku saya, semut juga cerdas. Mereka juga tahu apa artinya bekerja sama secara sinergis dalam sebuah team yang solid untuk mencapai sebuah tujuan. Mereka menyadari kekecilan dan keterbatasan tubuh mereka, sehingga salah satu cara untuk bertahan hidup adalah membangun sebuah koloni dengan struktur kepemimpinan yang jelas. Ada yang menjadi ratu atau pemimpin dan ada juga yang menjadi prajurit dan pekerja. Semuanya bekerja sama dan bertanggung jawab sesuai tugas dan porsinya masing-masing. Jiwa sosial semut juga sangat tinggi dan mereka juga solider dengan sesamanya, sehingga bangkai seekor ulat yang ditemukan rekannya, tidak dibiarkan digotong sendiri.
Tanpa kerja sama sebagai team yang solid, tidak mungkin bangkai seekor ulat bisa digotong ke dalam sarang. Dan mereka bisa berpesta malam ini. Dan hebatnya karakter semut dapat dijadikan pedoman untuk kita bekerja. Memang filosofi itu sangat sederhana, namun jika sobat kreatif dapat menerapkannya, hal ini akan menjadi pekerja handal yang luar biasa. So, simak filosofi semut yang hebat berikut ini :
Bertegur sapa
Pernahkah sobat kreatif perhatikan ketika sekumpulan semut menggesekkan antenanya ketika bertemu ? Ya, itulah salah satu kebiasaan semut ketika bertemu teman sesama koloninya. Hal ini mereka lakukan untuk memastikan apakah semut lain yang mereka temui merupakan anggota dari koloni mereka. Kebiasaan inilah yang mungkin sudah hilang dalam kehiduan kita sehari-hari. Jangankan saling “berjabat tangan” seperti semut, kebiasaan mengucapkan salam ketika bertemu seseorang pun sudah mulai hilang dari keseharian kita. Bagaimana dengan sobat kreatif sendiri, apakah demikian?
Semut selalu bekerjasama.
Semut adalah binatang yang sangat rajin. Kita tidak akan pernah melihat semut yang bengong sendirian. Kalau ada semut yang tidak bergerak, bisa dipastikan itu adalah semut mati. Semut adalah binatang yang rajin dan selalu bergerak ke sana ke mari untuk bekerja. Tak heran kalau semut tak pernah mati kelaparan. Coba sobat kreatif perhatikan cara kerja semut, mulai dari mengangkat sebutir nasi sampai memakannya. Mereka selalu bekerja sama. Sebutir nasi yang cukup berat bagi semut, diangkat beramai-ramai ke tempat mereka. Begitu seterusnya hingga butiran nasi yang mereka angkut mencukupi kebutuhan makan mereka. Kemudian mereka akan menyantapnya pula bersama-sama.
Semut adalah binatang yang mandiri dan bertanggung jawab atas diri sendiri. Amsal 6:7 menulis, biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya, atau penguasanya... Meski tidak ada yang mengawasi, semut akan bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Bukankah kita yang hanya bekerja kalau diawasi atasan atau bos harusnya malu melihat kenyataan ini? Kerjasama dan kekompakan para semut bisa Anda jadikan teladan. Misalnya, saat rekan kerja Anda kesulitan, apa salahnya Anda membantu. Toh hasilnya bukan untuk kepentingan pribadi namun demi kepentingan kelompok atau bersama. Apakah kita juga bekerja dengan rajin seperti semut.
Semut saling peduli.
Semut adalah tim yang luar biasa. Mereka sangat ahli dalam menyampaikan informasi, sehingga tak perlu heran kalau dimana ada satu makanan, ribuan semut tiba-tiba sudah mengerumuninya. Semut punya tim yang hebat, sehingga dengan kerja sama yang baik, mereka bahkan bisa mengangkat makanan yang beratnya berkali lipat dari berat badannya. Dan coba ambilah sedikit waktu untuk memperhatikan aktivitas semut dengan lebih detail lagi. Kebiasaan semut yang saling bersentuhan (mungkin dalam bangsa manusia, menegur atau bersalaman) jika bertemu, menandakan bahwa bangsa semut memiliki kepedulian dan keakraban yang tinggi.
Mereka merasa bahwa tidak ada yang berbeda di antara mereka. Dalam dunia kerja, sentuhan yang berarti ‘care’ memberi arti tersendiri bagi karyawan. Bayangkan, apa jadinya jika di lingkungan kerja Anda, sudah tidak saling peduli? Sangat menyiksa bukan..? So, sikap ini dapat ditumbuhkan untuk menjaga kekompakan dan menumbuhkan iklim kerja yang kondusif. . Adakah kita bisa belajar dari semut tentang membangun tim yang sukses dengan kerukunan?
 Melindungi yang lemah
Kasta prajurit merupakan kasta yang memiliki ukuran tubuh terbesar. Tugas mereka didalam koloni adalah untuk melindungi koloni dari serangan musuh serta mengawasi tugas kasta pekerja dalam mencari makanan untuk koloni. Mereka dengan gagahnya berdiri di garis depan jika ada musuh yang menyerang koloni mereka. Kasta prajurit memiliki lapisan kulit yang lebih tebal dan racun di bagian mulutnya sehingga lebih kuat dari kasta pekerja yang memiliki kulit yang lebih tipis karena tidak mengalami penebalan lapisan kutikula. Hal seperti ini pun sudah jarang kita temui dalam kehidupan kita. Orang yang lemah makin ditindas sedangkan orang yang kuat selalu berkuasa. Tidak ada rasa saling melindungi dan membantu terhadap sesama. Yang ada sekarang hanyalah prioritas yang tinggi terhadap kekayaan dan kekuasaan. Tidak heran mengapa penduduk miskin di sekitar kita terus bertambah karena tidak merasa dilindungi haknya oleh orang yang lebih kuat kedudukannya secara sosial.
Semut tidak pernah menyerah.
Semut adalah binatang yang tak pernah menyerah. Tak kenal menyerah adalah sifat khas semut. Kalau tidak percaya, lakukanlah percobaan ini. Tangkaplah seekor semut, lalu cobalah untuk meletakkan sesuatu untuk merintangi langkahnya. Saat melihat jalan di depannya ada hambatan, semua tidak akan duduk termenung, meratapi nasib yang malang dan pulang dengan rasa kecewa. Semut akan berusaha dengan segala cara untuk melewati hambatan itu. Bisa lewat atas, lewat bawah, lewat jalan memutar, bahkan kalau perlu bersama dengan semut-semut yang lain akan memindahkan rintangan tersebut!Bila Anda menghalang-halangi dan berusaha menghentikan langkah para semut, mereka selalu akan mencari selalu jalan lain. Suatu filosofi yang bagus, bukan? Jangan sekali-kali sobat kreatif menyerah untuk menemukan jalan menuju tujuan?
Dalam dongeng binatang, semut selalu bisa mengalahkan gajah yang ukuran tubuhnya beratus kali lipat besar tubuhnya. Ini menandakan adanya kekuatan psikis yang bisa mengalahkan kekuatan fisik. Dongeng bukan sekedar dongeng, karena jika kita perhatikan dalam kehidupan nyata, kekuatan semut itu memang ada dan bisa kita rasakan. Semut mungkin bukan tipe makhluk yang manja dan pemilih. Bila dipersonifikasi, ia termasuk kelompok yang berjiwa sosial tinggi. Senantiasa berbagi sekecil apapun rezeki yang didapat, pantang menyerah dalam mencari rezeki sekalipun harus bertaruh nyawa, bersikap ramah terhadap sesama, serta selalu bekerja sama dalam mengerjakan sesuatu. Prinsip hidup yang luar biasa. Mengajarkan kita tentang pentingnya teknik survival, interaksi sosial dan strategi dalam memanage hubungan sosial.

Semut menganggap semua musim panas sebagai musim dingin.
Semut dalam berbagai aktivitasnya dikendalikan ooleh suatu sinyal kimia yang biasa disebut feromon. Feromon merupakan hormon kimia yang hanya dihasilkan oleh ratu semut, untuk mengendalikan seluruh aktivitas koloni semut, seperti mengendalikan kasta pekerja dalam mencari makanan, memerintahkan kasta prajurit jika ada serangan yang datang, bahkan mengendalikan jumlah koloni. Ini adalah cara pandang yang penting. Anda tidak boleh menjadi begitu naif dengan menganggap musim panas akan berlangsung sepanjang waktu. Semut-semut mengumpulkan makanan musim dingin mereka di pertengahan musim panas. Karena sangat penting bagi kita untuk bersikap realitis. Di musim panas Anda harus memikirkan tentang halilintar. Anda seharusnya memikirkan badai sewaktu Anda menikmati pasir dan sinar matahari. Berpikirlah ke depan, seperti halnya ’sedia payung sebelum hujan’.

 Menyayangi keturunannya
Semut mempunyai kebiasaan yang cukup unik. Semut pekerja selain memiliki tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan makanan, mereka juga memiliki tugas dalam merawat telur semut hingga dewasa. Setiap hari telur-telur tersebut dirawat, dibersihkan, bahkan ketika menetas instar semut diberi makan. Begitu sayangnya mereka terhadap telur-telur dalam koloni ketika ada bahaya yang datang, hal pertama yang diselamatkan oleh semut pekerja adalah telur-telur koloni mereka dan dipindahkan ketempat yang lebih aman. Hal inilah yang perlahan mulai luntur dalam kehidupan kita. Tak jarang kasus-kasus pemerkosaan terhadap anak sendiri, pembunuhan orangtua terhadap anaknya, praktek aborsi yang dilakukan remaja-remaja kita, dan bahkan seorang anak yang tega membunuh orangtua mereka sendiri. Suatu perbuatan yang sangat menyimpang dari norma yang ada.
Semut menganggap semua musim dingin sebagai musim panas.
Ini juga penting. Selama musim dingin, semut mengingatkan dirinya sendiri, “Musim dingin takkan berlangsung selamanya. Segera kita akan melalui masa sulit ini.” Maka ketika hari pertama musim semi tiba, semut-semut keluar dari sarangnya. Dan bila cuaca kembali dingin, mereka masuk lagi ke dalam liangnya. Lalu, ketika hari pertama musim panas tiba, mereka segera keluar dari sarangnya. Mereka tak dapat menunggu untuk keluar dari sarang mereka.
Nah dengan uraian di atas mungkin sobat kreatif  bisa belajar dari para semut. Dengan demikian hidup kita akan terasa indah. Semua kegiatan semut memang sudah dicontohkan oleh manusia agung, yaitu Kanjeng Nabi Muhammad saw..  Namun semut layaknya binatang, ia tak dibekali akal, sedangkan manusia di anugrahi akal, yang semestinya harus lebih baik dari para semut. Semoga kita bisa menjadi insan yang baik.
Terimakasih, semoga bermanfaat.

Daftar pustaka
http://satriawinarah.wordpress.com/2011/06/19/semut-contoh-nyata-persatuan/
http://www.naqsdna.com/2011/08/berguru-pada-semut.html