Seekor Ikan Mas dan seekor Burung Elang
Angin
berhembus lembut menyapu dedaunan kering di bibir sungai. Sore yang indah nan
cerah. Cahaya oranye menghiasi langit, pemandangan yang indah.
Namun dataran
sungai yang hampir mengering menjadi pemandangan yang melas.
Terlihatlah seekor burung membumbung tinggi di
langit. Burung Elang yang sedang mencari mangsa. Melirik kebawah, mengawasi
daratan dan perariran sungai yang hampir kering itu. Dengan penglihatan yang
tajam, yang selalu waspada akan pergerakan mangsanya di bawah.
Tiba-tiba Ia meluncur kebawah dengan
cepat. Meluncur bagai roket, namun kearah bawah. Ia melihat seekor ikan terdampar di bibir
sungai. Seekor Ikan mas yang sedang mencari perarian yang lebih dalam. Dan hap.
Cengkraman cakar dengan kuku yang tajam mendarat di tubuh ikan mas. Ikan mas
itu tiba-tiba menjerit karena kagetnya,
“Tolong, tolong!
Jangan bunuh aku, aku masih ingin hidup.”
Sang Elang menjawab
dengan nada dingin,
“Aku lapar.”
katanya. “sudah beberapa hari aku tak mendapat makan.”
Sang ikan pun
menangis. Kemudian Ia mlantunkan dengan lembut kata sedih.
“Oh, alangkah
buruknya nasibku. Penderitaan inikah yang akan menutup akhir riwayatku. Oh Tuhan,
jika ini caraku mati, kuikhlaskan atas takdir-Mu. Dan terima kasih telah
memberiku kesempatan hidup di dunia ini. Dan terima kasih juga atas segala
nikmat-Mu yang Engkau berikan padaku.”
Dalam terbangya,
sang Elang yang mendengar rintihan Ikan mas itu. Ia merasa iba. Sang Elang
tiba-tiba membelokan arah terbangya yang tadi akan hinggap kepohon. Ia terbang
sambil melirik kebawah. Entah kemana yang akan di tuju. mungkin akan
menyantapnya di tempat yang lebih nyaman.
Suasana hening.
Hanya terdengar sayup angin yang menghembus menerpa keduanya. Ikan mas itu
terdiam, ia sudah pasrah. Cengkraman yang kuat yang tidak memungkinkan dapat
lolos.
“Mau di makan
dimanakah aku?” kata Ikan mas memecah keheningan.
Sang Elang masih
diam, tak merespon pertanyaannya.
“Baiklah.” kata
Ikan mas.
Ya, itu danau. Airnya pun melimpah, tidak
seperti sungai tadi yang hampir mengering. Kata-kata yang terlintas saat melihat sebuah danau yang luas di
tengah hutan. Disampingnya ada sungai, jaraknya sekitar lima puluh meter. Namun sungai itu pun hampir mengering. Ia
melihat ada makanan. Ia berniat membebaskan Ikan mas itu. Ia baru pertama kali
merasa tak tega memakan mangsanya ini. Ia teringat sesuatu saat ikan mas yang
dicengkranmnya merintih, dan mencurahkankan perasaannya pada Tuhan.
Sang Elang merenung. Andai saja engkau tak merintihkan
perasaanmu pada Allah, aku mungkin sudah memakanmu. Dengan rintihanmu aku
teringat sesuatu. “Allah akan menolong kamu apabila kamu menolong orang lain.”
Ya, dan aku yakin pasti Allah akan menolongku. Dan benar, aku melihat makanan di
sungai yang kering itu, Dia menggantikan dengan yang lebih baik. Alhamdulliah.
“Berbahagialah di
danau itu sahabat.” kata Elang sambil melepaskan ikan itu. “Aku tak jadi
memakanmu, aku melihat makanan di sungai dekat danau ini. Terimakasih atas
kaka-katamu.”
“Sungguh.” kata
ikan mas itu. “Terimakasih atas kebaikanmu, semoga Allah membalas kebaikanmu.”
Sang Elang langsung
terbang lagi tanpa mengucapkan sepatah kata lagi kepada Ikan mas itu. Ikan mas
itu merasa senang masih di berikan hidup lagi. Ia berenang kesana kemari. Danau
yang luas, seperti surga bagi Ikan mas itu.
“Alhamdulillah.”
do’a Ikan mas itu.
Mengapa ia melepaskanku? Ada makana katanya? Ia
memanggilku sahabat? Semua
pertanyaan itu berputar di kepalanya. Seolah tak percaya atas semua ini.
“Semoga Allah
selalu bersamamu sahabat.” Katanya dalam hati. “Aminn..”