Thursday, June 19, 2014

Uraian Islami (Pernahkah)



Pernahkah
Pernahkah ...
Saat kau duduk santai dan menikmati harimu,
tiba-tiba kamu terpikirkan untuk berbuat baik kepada seseorang?

Itu adalah Allah...
... yang sedang berbicara denganmu dan mengetuk hatimu ...
(lihat QS An Nisa: 114 dan QS Qashash : 77)

Pernahkah ...
Saat kau sedang sedih ... kecewa ... gundah gulana ...
Tetapi tidak ada orang di sekitarmu yang dapat kau jadikan curhan hati?

Itu saatnya di mana Allah ...
Ingin agar kamu berbicara dengan –Nya ...
(lihat QS Yusuf 86)

Pernahkah ...
Kamu tanpa sengaja memikirkan seseorang  yang sudah lama tidak bertemu dan tiba-tiba  orang tersebut ­muncul atau kamu bertemu dengannya atau menerima telpon darinya?
Itulah Kuasa Allah yang sedang menghiburmu. Tidak ada namanya kebetulan.
(lihat QS Ali ‘Imran 190-191)

Pernahkah ...
Kau berada dalam situasi yang buntu semua terasa amat sulit ... begitu tidak menyenangkan ... hambar ... kosong ... bahkan menakutkan ...?
Itulah saat dimana Allah menginginkan kamu di uji, supaya kamu menyadari akan keberadaan-Nya. Karena Dia tahu bahwa kamu mulai melupakan dalam kemenangan ...
(lihat QS Muhammad: 31 dan QS Sajadah: 21)

Sering Allah mendemonstrasikan KASIH SAYANG-NYA dan KUASA-NYA di dalam area ini. Dimana saat manusia merasa dirinya tak mampu. Dan apakah tulisan ini hanya iseng terkirim padamu ...?
TIDAK! Karena semua tidak ada yang kebetulan.
Beberapa menit tenangkanlah dirimu, Rasakan kehadirn-Nya, dengar suara-Nya bahw Dia berkata “Jangan khawatir, AKU disini, dekat sekali bersamamu.”
(lihat QS Qof: 16)

Maka tersenyumlah J
Allah lebih tahu yang terbaik untukmu (God Knows what is the best for you)
Karena Dia lebih mencintaumu dari pada kamu mencintai dirimu sendiri (Because God loves you more than you love yourself).
(QS  Al Baqoroh: 216, dan QS al An’am: 12)
Di ambil dari buku Hidayah Iman

          Sahabatku, betapa mengharukannya renugan itu. Penulis setelah membacanya begitu terenyuh. Sadar akan kesalahan yang begitu banyak. Terkadang kita menyalahkan atau bahkan mengeluh apa yang ada dihadapan kita. Ya, ketika merasa bahagia mungkin kita terlarut didalamnya, sehingga melupakan atas rahmat-Nya. Sedih dan menyesal ketika musibah menimpanya.
 Saat itu kita langsung ingat pada-Nya dan kembali ke jalan-Nya, dan inilah yang lebih baik. Ada yang telah di beri kebahagiaan ia lupa kembali, inilah yang tidak baik. Namun ada yang lebih fatal, ia malah mengeluh, menyalahkan dan tetap lupa pada-Nya.
Sahabatku, penulis punya pengalaman yang menurut pribadi amat mengesnkan. Saat itu saudara saya memiliki anak ayam berjumlah sembilan ekor. Dari kesembilan itu ada seekor yang amat lemah, karena sedang sakit. Dalam batin saya umur anak ayam tak lama lagi, mungkin akan mati dalam waktu  satu, dua atu beberapa hari lagi.
Sebulan kemudian saya lihat tinggal dua ekor. Ternyata yang satunya adalah anak ayam yang saya perkirakan umurnya tidak akan lama lagi. Saya tanya kepada pemiliknya, katanya yang tujuh ekor itu ada yang jatuh kekolam, dan ada yang hilang. Hingga sekarang anak ayam itu sudah tumbuh besar dan sehat pula.  Subhanalloh.
Dari kejadin itu, saya sadar. Bahwa Allah sedang memperlihatkan Kekuasaan-Nya. Betapa rendah nan kecilnya pengetahuan kita dihadapan-Nya. Karenanya kita tak sepatutnya menyombongkan diri dihadapan-Nya. Sebenarnya kita adalah makhluk yang tak bisa apa-apa, tak tahu apa-apa, dan tak punya apa-apa.  Dengan merenung berbagi peristiwa itulah kita akan paham, bahwa Allah selalu membimbing dan mengingatkan kita. Tentunya merenungkan akan keagungan-Nya dong.
          Sahabatku, kurang apakah Allah menuntun kita agar selalu ingat pada-Nya, berada dalam petunjuk kebenaran-Nya. Apakah karena hati kita telah keras, tertutup oleh kegelapan sehingga tak bisa memahami datangnya petunjuk itu. Dengan banyak-banyak merenungkan Keagunggan-Nya, dan selalu mengoreksi diri kita masing-masing, pantas atau tidakkah  kita berbuat sesuatu dihadapan-Nya.
          Jadi sahabatku, mungkin inilah PR untuk kita semua, tak lain untuk penulis juga. Mudah-mudahan kita menyadari atas kesalahan perbuatan kita, dengan kesadaran itu, mudah-mudahan kita selalu dapat menerima petunjuk kebenaran-Nya. Dimudahkan dalam memahami dan mengaplikasikannya dalam amal perbuatan sehari-hari smapai ajal menjemput, sehingga mendapat gelar khusnul khotimah kelak. Amin ya robbal ‘lamin.

Monday, May 19, 2014

Berjemur (Cerpen)



Berjemur
Hari Minggu yang menyenangkan. Keempat  anak,  Irwan, Catur, Dian, dan Nuning yang sedang berjalan  menuju rumah Neli. Mereka membawa ransel semua. Apakah yang akan mereka lakukan?
          Sesampainya, Dian langsung berteriak memanggilnya dari depan teras rumah.
          “Neli!”  teriaknya dengan keras. “Main yuk!”
          “Di rumah gak dia?” tanya Irwan pada Dian.
          “Pasti di rumah.” jawab Dian sambil melihat-lihat halaman rumah. “Dia gak pernah main, kecuali kita yang ngajak, diakan anaknya sibuk. Untung mau kalau kita yang ngajaknya main, ya asal gak setiap hari.”
          Kreek, kreek, suara kunci rumah berbunyi.
          “Pada mau kemana kalian,” kata Neli heran. “kok bawa ransel segala, kan libur sekolahnya.”
          “Ikut yuk,” ajak Catur. “ kita main ke pantai.”
          “Boleh. Cuma berlima?” katanya
          Dian mengangguk.  Di ikuti ketiga temannya.
          “Tunggu, saya siap-siap dulu.”
          Neli masuk kedalam.  Sambil menunggu, Dian dan yang lainnya mengamati halaman rumah Neli dari teras rumah yang terlihat begitu bersih dan sejuk.
          “Nyaman.” kata Irwan.
          “Setuju Wan.” Nuning sependapat.
          Setelah menunggu agak lama Nelipun keluar. Seperti temannya, ia membawa ransel, dengan memakai topi dikepalanya.
          “Biar gak kepanasan.” Kata Neli sambil memegang pucuk topinya. “Ayo berangkat.”
          Saat mereka akan pergi tiba-tiba terdengar suara memanggil.
          “Neli!” teriak suara itu. “Mau kemana kamu?”
          Ternyata yang datang kakek Neli. Dia sudah cukup tua, sekitar 75 tahun umurnya. Ia begitu sayang pada Neli. Kalau Neli akan pergi pasti di tanya olehnya.
          “Kami mau ke pantai kek.” Kata Neli dengan senyum. Neli pun tau bahwa sang kakek begitu sayang padanya, dan ia selalu berusaha agar sang kakek selalu senyum bahagia.
          “Oh, kakek boleh ikut?” tanyanya
          “Tidak boleh kek.” jawab Neli. “Kami mau berjemur.”
          “Ya, kakek juga mau berjemur” katanya.
          “Gak usah, kakek kan rambutnya sudah putih, kulitnya kriput, kalau di jemur bisa meleleh.” kata Neli dengan senyum manisnya. Sang kakek tertawa mendengar penuturan cucunya. Teman-teman Neli pun ikut tertawa.
          “Baiklah, tapi kakek mau nitip sesuatu.” katanya.
          “Boleh kek.” kata Irwan dan Catur serempak.
          “Dengan senang hati kek.” kata Nuning.
          Si Kakekpun masuk. Neli dan teman-temnnya saling bercanda, mereka juga  menunggu apa yang akan dititipkan si kakek. Tak lama si kakek keluar dengan membawa ember.
          “Ini Nel, titipan kakek.” katanya dengan senyum  penuh simpul.
          “Untuk apa ini kek, kami sudah membawa perlengkapanya.” kata Neli.
          “Ini baju kakek yang habis di cuci, kalian kan mau berjemur, jadi kakek nitip ini untuk di jemur juga.” kata si kakek menjelaskan.
          Mereka pun tertawa terbahak-bahak. Si kakek tak tahu maksud dari berjemurnya  Neli dan teman-temannya.

Monday, April 28, 2014

Uraian Islami (Akhlak Terpuji)



Akhlak Terpuji
            Assalamu’alaikum sobat kreatif, dan pembaca yang budiman. Gimana kabar Anda semua? Mudah-mudahan baik. Kali ini ada uraian tentang akhlak terpuji. Mengapa kita harus memiliki akhlak yang baik? Ya, karena dengan itulah kita sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya di bumi akan berjalan dengan penuh kearifan, ketentraman, dan serbateratur pokoknya. Ingatkan sabda Rosulullah saw., bahwasannya manusia yang paling mulia adalah yang paling baik akhlaknya. Zaman sekarang banyak orang yang pinter malah untuk mengakali orang lain. Mereka itulah orang yang tak punya akhlak yang baik. Contoh umumnya adalah para koruptor. Bukankah mereka orang yang pandai-pandai?
Sahabat, hidup di dunia hanya sekali. Dunia adalah tempat menyiapkan bekal untuk di akhirat kelak. Entah kita akan dimasukan kesurga atau neraka, tergantung dari perbuatan kita di dunia. Oh ya, ngomong-ngomong sudah tahu kan apa itu surga dan neraka? Ya, walau tidak membahas tentang  keduanya, namun di atas telah menyinggung keduanya. Menurut pribadi penulis, surga adalah tempat yang berisikan berbagai kebahagiaan dan kenikmatan yang kekal yang diberikan Allah swt. kepada orang-orang yang shaleh. Sedangkan neraka tempat yang paling buruk, dengan berbagai  siksaan yang pedih tiada tara untuk orang-orang yang durhaka pada-Nya. Cukup bagi penulis. Untuk para pembaca mungkin bisa menguraikan dari ide-ide sendiri mengenai surga, neraka.
          Pada kesempatan ini, saya akan memberi contoh tentang beberapa akhlak terpuji yang mungkin Anda pernah dengar, bahkan sering kita dengar. Ngomong-ngomong para pembaca sudah tahu apa itu akhlak terpuji. Ya, akhlak terpuji bisa diartikan sebagai prilaku yang tidak merugikan, tidak mengganggu, atau suatu perbuatan yang menempatkan pada tempatnya, sehingga tidak mengganggu orang lain, justru memberi dampak yang baik. Contohnya seperti sedekah, berbuat adil, dan lain sebagainya.
          Disini saya akan mencoba menguraikan dengan singkat beberapa akhlak terpuji.
A.Adil
             “Berlakulah Adil, karena adil mendekati takwa.” (QS Al Maidah:8)
             Mungkin kata ini sudah tidak asing lagi. Di teks UUD 45, teks Pancasila, dan diperaturan-peraturan yang di buat oleh kelompok-kelompok tertentu sebagi tata aturan hidup bersosial. Kata adil juga terdapat di mushaf yang amat mulia, Al quran, dan dari sabda Rosul yang Agung, Muhammad saw.. Adil merupakan perbuatan yang amat penting.
             Dalam kehidupan masyarakat, adil memang harus di junjung tinggi. Karena dengan adil akan tercipta kemaslahatan, ketentraman, kedamaian, dan kebaikan-kebaikan lainya. Adil pula yang akan menentukan surga atau neraka. Bahkan adil jua yang akan mendapat naungan-Nya di mana tidak ada naungan satupun di akhirat kelak.  Keadilan ini dapat diklasivikasikan menjadi empat, diantaranya ;
1.     Adil kepada Allah swt.
      Bagaimanakah caranya? Adil kepada Allah swt. berarti kita harus menjalankan segala perinta-Nya, dan menjauhi larangan-Nya. Caranya kita wajib beriman pada-Nya dengan sepenuh hati.
2.    Adil kepada diri sendiri
      Bentuk adil terhadap diri sendiri adalah menahan diri kita dari perbuatan buruk. Kita harus bisa mengontrol diri agar tak menyimpang dlam bertindak. Sehingga tidak merugikan diri sendiri atau orang lain.
3.    Adil kepada orang lain
      Caranya kita harus berlaku ihsan pada orang lain dengan tidak mengurangi hak orang lain. Seperti jujur ucapannya, lembut tutur katanya, dan lain sebagainya.
4.    Adil kepada makhluk lain
      Contoh: misalkan kita memiliki hewan peliharaan, kita hendaknya memberikan kandang dan pakan yang baik dan cukup.
     Usaha-usaha yang hendak lakukan untuk berlaku adil ;
-Tidak mencintai sesuatu secara berlebihan.
-memiliki ilmu pengetahuan yang luas.
-berbuat demi kepentingan orang banyak.
B.  Amal kebaikan
      “Allah tidak menerima amal seseorang, melainkan dengan didasari rasa ikhlas kepada-Nya demi meraih rido-Nya.” (HR. ibnu Majah)
      Amal kebaikan merupakan suatu perbuatan yang mulia. Namun ada sebab yang membedakan amal kebaikan tersebut. Ada dua amal kebaikan, pertama amal baik dengan landasan iman yang di sebut amal shaleh. Jika amal shaleh itu perbuatan baik yang dilakukan dengan penuh ikhlas mengharap rido Allah dengan dilandasi iman. Kedua amal yang tak berlandasan iman atau amal yang bukan shaleh. Bedanya amal ini, walapun amal seseorang begitu baik jika tidak di landasi dengan iman maka bukan amal shaleh, dan tidak di terima amalnya sedikitpun. (lihat QS Al Baqoroh: 25)
      Kesimpulannya, jika seorang yang melakukan amal dengan dilandasi iman, walaupun kecil akan di balas di dunia dan akhirat, namun jika amal yang tak berlandaskan iman, walau beramal begitu besar, balasannya mungkin hanya di dunia, sedang di akhirat tidak. Karena dari firman Zat yang Maha Hak perbuatan yang tidak dilandasi dengan iman seperti debu yang berada di atas batu licin, dan ketika tertimpa hujan akan hilang semuanya. Wallahu a’lam.
C.  Berbakti pada kedua orang tua/birul walidain
      “…maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan jangan engkau membentak keduannya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang, dan ucapkanlah, ‘Ya Tuhanku, ampunilah kedua orang tuaku sebagaimana mereka telah mendidiku di waktu kecil’.” (Al Isra’ 23-24)
      Begitu besar jasa-jasa orang tua pada kita. Jasa yang sungguh tidak mungkin bisa kita bayar. Oleh sebab itu, teramat pentingnya kita untuk berbakti padanya. Bahkan perintah berbakti pada orang tua perintah kedua dari Allah setelah taat kepada-Nya.
Pembaca yang budiman, sampai disini uraian singkat tentang akhlak terpuji. Semoga bermanfaat, dapat diamalkan dalam hidup sehari-hari, dan juga menjadi amal baik untuk penulis sendiri. Amiin

Wednesday, March 26, 2014

Puisi


Hari telah berganti
Hari esok telah menanti
Terkadang masa lalu terasa lebih indah
Sesungguhnya hari inilah yang lebih indah
Perjalanan hidup yang penuh liku
Lelah tak terlewatkan
Hari ini . . .
Adalah  karunia dari-Nya
Untuk di olah para hamba-Nya
Akan bermanfaat,
Atau sia-sia kah
Sungguh, esok belum pasti datang kembali
Sekarang lah hari milik kita
Yang di pinjamkan oleh-Nya
Maka bertindaklah sebaik mungkin
Sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan 1
Cahaya menanti
Dan . . .
Indahnya untuk menyongson hari esok
Berharap tuk dapatkan akhir yang baik

  1. Al insirah : 6