Saturday, December 13, 2014

Kehidupan Semut (Artikel bagian -1 )





Kehidupan Semut


Pengertian Semut
            Semut adalah serangga anggota suku Formicidae, bangsa Hymenoptera. Semut memiliki lebih dari 12.000 jenis (spesies), sebagian besar hidup di kawasan tropika. Sebagian besar semut dikenal sebagai serangga sosial, dengan koloni dan sarang-sarangnya yang teratur beranggotakan ribuan semut per koloni. Anggota koloni terbagi menjadi semut pekerja, semut pejantan, dan ratu semut. Dimungkinkan pula terdapat kelompok semut penjaga. Satu koloni dapat menguasai daerah yang luas untuk mendukung kehidupan mereka. Koloni semut kadangkala disebut "superorganisme" karena koloni-koloni mereka yang membentuk sebuah kesatuan.
Meskipun ukuran tubuhnya yang relatif kecil, semut termasuk hewan terkuat di dunia. Semut jantan mampu menopang beban dengan berat lima puluh kali dari berat badannya sendiri, dapat dibandingkan dengan gajah yang hanya mampu menopang beban dengan berat dua kali dari berat badannya sendiri. Semut hanya tersaingi oleh kumbang badak yang mampu menopang beban dengan berat 850 kali berat badannya sendiri. Semut, hewan yang berjalan dengan enam kaki ini sering kita jumpai, baik di dapur, lantai, dan lain-lain, terutama di tempat yang terdapat makanan yang berasa manis.


Tabel Klasifikasi

Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan
Filum
Kelas
Ordo
Upaordo
Superfamili
Famili
Formicidae

Jenis dan penyebaran

Semut telah menguasai hampir seluruh bagian tanah di Bumi. Hanya di beberapa tempat seperti di Islandia, Greenland, dan Hawai, mereka tidak menguasai daerah tesebut. Di saat jumlah mereka bertambah, mereka dapat membnetuk sekitar 15 - 20% jumlah biomassa hewan-hewan besar. Beberapa jenis semut sangat dikenal oleh manusia karena hidup bersama-sama dengan manusia, seperti semut hitam, semut besar, semut merah, semut api, dan semut rangrang. Rayap terkadang disebut semut putih namun sama sekali berbeda kelompok dari semut walaupun mereka memiliki struktur sosial yang sama.

Evolusi semut

Keluarga Formicidae adalah bagian dari ordo Hymenoptera, yang mencakup lebah dan tawon. Semut adalah keturunan dari generasi tawon Vespoidea. Analisis Filogenetik mengindikasikan bahwa semut telah berevolusi dari capung vespoid pada periode Kapur sekitar 120 juta sampai 170 juta tahun yang lalu. Setelah kemunculan tumbuhan Angiosperma sekitar 100 juta tahun yang lalu, mereka menganekaragamkan pengaruh ekolofi sekitar 60 juta tahun yang lalu.Beberapa dari periode Kapur adalah bentuk pertengahan dari semut dan tawon, dan ini menambahkan bukti bagi nenek moyang tawon. Seperti hewan berordo Hymenoptera lainnya, sistem genetika semut ditemukan di haplodiploidy.
Pada tahun 1966, E. O. Wilson, dkk. menemukan fosil semut dalam getah pohon (Sphecomyrma freyi) dari periode Kapur. Fosil ini terjebak di sebuah getah pohon di New Jersey dan telah berumur lebih dari 80 juta tahun. Fosil ini memberikan bukti terjelas tentang hubungan semut modern dan tawon non-sosial. Semut periode Kapur berbagi karakteristik semut modern dan tawon.
Selama periode Kapur, hanya sebagian kecil spesies yang berhasil menguasai daerah benua besar Laurasia (bagian utara). Mereka pun sangat langka dengan perbandingan jumlah sekitar 1% dari jenis serangga lainnya. Semut menjadi dominan setelah radiasi adaptif pada awal Period Tertiari. Jumlah spesies yang tersisa pada periode Kapur dan periode Ecocene, hanya 1 dari 10 genera yang punah sampai saat ini. 56% dari genera semut yang terdapat di fosil getah kayu di daerah Baltik (sejak Oligocene awal), dan sekitar 96% dari genera semut yang terdapat di fosil getah kayu di Dominika (sejak awal Miocene) masih bertahan hingga sekarang.

Morfologi

Tubuh semut terdiri atas tiga bagian, yaitu kepala, mesosoma (dada), dan metasoma (perut). Morfologi semut cukup jelas dibandingkan dengan serangga lain yang juga memiliki antena, kelenjar metapleural, dan bagian perut kedua yang berhubungan ke tangkai semut membentuk pinggang sempit (pedunkel) di antara mesosoma (bagian rongga dada dan daerah perut) dan metasoma (perut yang kurang abdominal segmen dalam petiole). Petiole yang dapat dibentuk oleh satu atau dua node (hanya yang kedua, atau yang kedua dan ketiga abdominal segmen ini bisa terwujud).

Tubuh semut, seperti serangga lainnya, memiliki eksoskeleton atau kerangka luar yang memberikan perlindungan dan juga sebagai tempat menempelnya otot, berbeda dengan kerangka manusia dan hewan bertulang belakang. Serangga tidak memiliki paru-paru, tetapi mereka memiliki lubang-lubang pernapasan di bagian dada bernama spirakel untuk sirkulasi udara dalam sistem respirasi mereka. Serangga juga tidak memiliki sistem peredaran darah tertutup. Sebagai gantinya, mereka memiliki saluran berbentuk panjang dan tipis di sepanjang bagian atas tubuhnya yang disebut "aorta punggung" yang fungsinya mirip dengan jantung. sistem saraf semut terdiri dari sebuah semacam otot saraf ventral yang berada di sepanjang tubuhnya, dengan beberapa buah ganglion dan cabang yang berhubungan dengan setiap bagian dalam tubuhnya.
Anatomi semut.
Pada kepala semut terdapat banyak organ sensor. Semut, layaknya serangga lainnya, memiliki mata majemuk yang terdiri dari kumpulan lensa mata yang lebih kecil dan tergabung untuk mendeteksi gerakan dengan sangat baik. Mereka juga punya tiga oselus di bagian puncak kepalanya untuk mendeteksi perubahan cahaya dan polarisasi. Kebanyakan semut umumnya memiliki penglihatan yang buruk, bahkan beberapa jenis dari mereka buta. Namun, beberapa spesies semut, semisal semut bulldog Australia, memiliki penglihatan yang baik. Pada kepalanya juga terdapat sepasang antena yang membantu semut mendeteksi rangsangan kimiawi. Antena semut juga digunakan untuk berkomunikasi satu sama lain dan mendeteksi feromon yang dikeluarkan oleh semut lain. Selain itu, antena semut juga berguna sebagai alat peraba untuk mendeteksi segala sesuatu yang berada di depannya. Pada bagian depan kepala semut juga terdapat sepasang rahang atau mandibula yang digunakan untuk membawa makanan, memanipulasi objek, membangun sarang, dan untuk pertahanan.
Pada beberapa spesies, di bagian dalam mulutnya terdapat semacam kantung kecil untuk menyimpan makanan untuk sementara waktu sebelum dipindahkan ke semut lain atau larvanya. Di bagian dada semut terdapat tiga pasang kaki dan di ujung setiap kakinya terdapat semacam cakar kecil yang membantunya memanjat dan berpijak pada permukaan. Sebagian besar semut jantan dan betina calon ratu memiliki sayap. Namun, setelah kawin betina akan menanggalkan sayapnya dan menjadi ratu semut yang tidak bersayap. Semut pekerja dan prajurit tidak memiliki sayap. Di bagian metasoma (perut) semut terdapat banyak organ dalam yang penting, termasuk organ reproduksi. Beberapa spesies semut juga memiliki sengat yang terhubung dengan semacam kelenjar beracun untuk melumpuhkan mangsa dan melindungi sarangnya. Spesies semut seperti Formica yessensis memiliki kelenjar penghasil asam semut yang bisa disemprotkan ke arah musuh untuk pertahanan.

Perkembangbiakan semut

Kehidupan seekor semut dimulai dari sebuah telur. Jika telur telah dibuahi, semut yang ditetaskan betina (diploid); jika tidak jantan (haploid). Semut are holometabolism, yaitu tumbuh melalui metamorfosa yang lengkap, melewati tahap larva dan pupa (dengan pupa yang exarate) sebelum mereka menjadi dewasa. Tahap larva adalah tahap yang sangat rentan — lebih jelasnya larva semut tidak memiliki kaki sama sekali – dan tidak dapat menjaga diri sendiri. Perbedaan antara ratu dan pekerja (dimana sama-sama betina), dan antara kasta pekerja jika ada, ditentukan pada saat pemberian makan saat masih menjadi larva. Makanan diberikan kepada larva dengan proses yang disebut trophallaxis dimana seekor semut regurgitates makanan yang sebelumnya disimpan dalam crop for communal storage. Ini juga cara yang digunakan semut dewasa memdistribusikan makanan pada semut dewasa lainnya. Larva and pupa harus disimpan pada suhu yang cukup konstan untuk memastikan mereka tumbuh dengan baik, sehingga sering dipindahkan ke berbagai brood chambers dalam koloni.
Seekor semut pekerja yang baru memasuki masa dewasa menghabiskan beberapa hari pertama mereka untuk merawat ratu dan semut muda. Setelah itu meningkat menjadi menggali dan pekerjaan sarang lainnya, dan kemudian mencari makan dan mempertahankan sarang. Perubahan tugas ini bisa terjadi dengan mendadak dan disebut dengan kasta sementara. Suatu teory mengapa seperti itu karena mencari makan memiliki risiko kematian yang tinggi, sehingga semut hanya berpartisipasi jika mereka sudah cukup tua dan bagaimanapun juga lebih dekat pada kematian.
Pada beberapa spesies semut terdapat kasta fisik — pekerja bisa memiliki ukuran tubuh yang berbeda-beda, disebut pekerja minor, median, dan major, . Biasanya semut yang lebih besar memiliki kepala yang tidak proporsional besarnya, dan correspondingly rahang yang lebih kuat. Semut seperti ini seringkali disebut semut "tentara" karena rahang mereka yang kuat membuat mereka lebih efektif ketika digunakan untuk bertarung dengan makhluk lainnya, namun mereka masih tetap seekor semut perkerja dan tugas mereka tidak banyak berbeda dengan pekerja minor atau median. Pada beberapa spesies semut tidak memiliki pekerja median, membuat pemisahan tegas dan perbedaan fisik yang jelas antara pekerja minor dan major.


Daftar pustaka
http://satriawinarah.wordpress.com/2011/06/19/semut-contoh-nyata-persatuan/
http://www.naqsdna.com/2011/08/berguru-pada-semut.html

Monday, November 3, 2014

Pak Beni (Cerpen)



Pak Beni
          Pagi yang cerah, kehangatan sang mentari yang terbit dari ufuk timur, dengan hembusan angin lembut menerpa dedaunan penuh embun. Merdunya kicauan burung-burung di ranting-ranting pohon, penuh kegembiraan.
          Di sebrang jalan Ardi yang telah lari pagi menyapa Pak Beni yang sedang duduk di depan teras depan rumahnya.
          “Assalamu’alaikum Pak Ben.”
          “Wa’alaikumsalam warohmatulloh wabarokatu de Ardi.” dengan melambaikan tagannya “Sini mampir de Ardi.”
          “Iya Pak.”
          Ardi pun mampir ke rumah Pak Beni, dan duduk bersama.
          “ Tika buatin teh satu lagi buat de Ardi.”
          “Ya yah.”
          Tak lama kemudian Tika mengantarkan teh hangat untuk Ardi. Mereka bertiga duduk bersama, sambil ngobrol ini-itu. Kemudian Pak Beni bertanya kepada Ardi.
          “De Ardi pernah melihat preman gak?”
          Dengan senyum manisnya Ardi menjawab.
          “Pernah lah Pak, tapi di film-film.”
          Pak Beni dan putrinya Tika tertawa. Tika menyahutntnya.
          “Ardi lah ada-ada aja,”
          “Ini Pak Beni mau cerita kepada kalian tentang masa muda Bapak.”
          Kemudian Pak Beni pun mulai becerita tentang hidup pada masa mudanya  yang telah menjadi pengalaman hidup yang selalu teringat dalam otaknya.
          “Ketika Bapak serumur kalian, di SMA Bapak adalah anak yang paling nakal di kelas, bahkan paling ditakuti di sekolahan. Setiap hari meminta uang kepada teman, kalau tidak di beri maka akan di hajar.”
          Ardi menyahut.
          “Wow, terus gimana?”
          “Pernah tidak ada yang memberinya,” lanjut Pak Beni “bapak hajar dia bersama sahabat bapak, tapi sekarang dia telah pergi kemana bapak nggak tahu.”
          Ardi penasaran kepada teman Pak Beni, dan bertanya.
          “Sahabat bapak ketika sekolah namanya siapa?”
          “Ya dia sahabat bapak dari SMP, namanya Yanto.” sambil memandang Ardi “Setelah tamat SMA bepak dan Yanto menjadi preman di pasar. Ya seperti di film-film itu, tugas bapak menjaga pasar dari preman lain, dan bapak meminta uang kepada mereka setiap satu minggu sekali. Bapak sering berantem dengan preman manapun, bahkan pernah di kejar-kejar polisi karena membunuh preman yang berantem dengan bapak, dan bapak lolos dari kejaran polisi. Namun sayang teman bapak si Yanto tertangkap.”
          Ardi semakin penasaran terhadap pengalaman Pak Beni, dan menanyakan tentang teman Pak Beni.
          “Terus gimana Pak Ben ketika Si Yanto tertangkap?”
          Tika menyahut pertanyaan Ardi sambil tertawa
          “Terus bersambung.”
          “Sedih sekali, karena dialah teman yang selalu dengan bapak. Saat itu bapak bingung, namun ada teman bapak yang mengibur, dia juga preman pasar bersama bapak.”
          Pak Beni minum, dan menyuruh Ardi tehnya juga di minum dulu. Kemudian pak Beni meneruskan ceritanya.
          “Tapi dengan berlalunya waktu, bapak sudah tidak sedih lagi. Pada saat itu bapak menguasai lima pasar di Jakarta. Satu tahun berlalu, Alhamdulillah pintu hati bapak terbuka untuk menrima  hidayah dari Allah Swt. Ketika bapak mendatangi masjid dekat pasar bapak mau mencuri sandal. Namun tak bapak sangka, sandal yang di curi adalah sandal milik perempuan yang sangat cantik dan solehah, dia adalah ibu kamu,” sambil memandang anaknya. ” Tika.”
          Tika tersenyum mendengarnya
          “Wah so sweet, sungguh aku beruntung memiliki ibu yang cantik nan solehah, yang merubah ayahku menjadi orang yang baik, dan bertobat kepada-Nya sehingga menjadi orang yang bertanggung jawab seperti sekarang ini.”
          Ardi menyahutnya dengan pura-pura batuk.
          “Biasa aja lah Tik.”
          Pak Beni meneruskan ceritanya kembali.
          “Bapak pun langsung kenalan, namun dia malah tidak mau. Tapi bapak tidak pernah menyerah,hingga setahun ia baru mau berkenalan, dia menyuruh bapak agar bertaubat dan menjadi orang baik selamanya, bapak pun menurutinya. Pada saat itulah bapak meneteskan air mata, teringat dosa-dosa bapak yang sangat benyak, dan berjanji jangan sampai mengulanginya kembali perbuatan itu. Setengah tahun kemudian bapak melamarnya dan Alhamdulillah di terima, dan hingga sekarang masih tetap bersama” dengan senyum indahnya, Pak Beni meneruskannya “Itulah pengalaman bapak ketika masa muda.”
          Ardi kagum kepada perjalanan masa muda pak Beni.
          “Subhanalloh, sungguh luar biasa.”
          “De Ardi bapak ingat firman Allah : “Dan sesungguhnya Allah akan memberi petunjuk kepada siapa yang di kehendaki-Nya.” Bapak sangat bersyukur sekali bisa meninggalkan perbuatan buruk itu.”
          “Iya betul tu pak Ben.”
          “Jadi untuk de Ardi jangan sampai masa mudanya jangan di sia-siakan. Teruslah raih impian kamu. Oke.”
          Dengan senyum Ardi membalasnya.
          “Iya pak Ben, Insya Alloh.”
          Tika menyindir Ardi dengan lembut.
          “Iya tu Ar, jangan main terus.”
          Mentari pun semakin tinggi, angin mulai datang dan mengoyangkan dedaunan dengan lembutnya, embun di daunan mulai kering. Udara yang sejuk berubah menjadi lebih panas. Ardi pun berpamitan dengan pak Beni.
          “Pak Beni saya pulang dulu ya.”
          “Oh ya de Ardi, hati-hati di jalan, jangan lupa mampir kesini lagi.”
          “Oke pak Ben. Assalamu’alaikum.”
          “Wa’alaikum salam.”

Monday, October 20, 2014

Nikmatnya membaca (Entermezo)



Nikmatnya membaca
          “Buatlah resensi, waktu dua minggu untuk dikumpulkan.” kata guru bahasa Indonesiaku.
          Waduh cepet amat ya. Nah inilah peristiwa yang begitu mengesankan dalam hidupku, saat  itu kududuk di bangku kelas tiga sekolah menengah atas. Berawal dari tugas itulah aku suka membaca. Pada awalnya  memang aku tak menyukai membaca. Ya, mungkin dari kecil memang tak ada yang mendorongku untuk membaca. Bahkan aku bisa membaca lancar di kelas tiga SD. Namun di sisi lain ada kelebihan saat aku kecil, yaitu pandai dalam menggambar.  Hehee. (Kembali lagi). Sehingga aku kagum kepada anak sekarang yang bahkan belum duduk di bangku sekolah sudah faseh membaca. Subhanalloh
          Bagiku saat itu, membaca merupakan suatu hal yang sangat dan sangat mebosankan. Kenapa? Karena setiapku membaca mataku tak mau kompromi, begitu berat rasa kantuknya. Selain itu, ketika aku membaca, aku seakan tak yang masuk. Ibarat memasukan air pada wadah yang berlubang. Kacau pokoknya. Kalaupun ada buku bacaan, yang kucari pertama adalah gambarnya. Hehe
          Namun sekarang berputar 3600. Ya kira-kira sebesar itulah. Alhamdulillah lantaran dari membuat tugas resensi  aku mulai menyukai membaca. Kok  resensi ya, tapi itulah adanya. Untuk membuat resensi memang harus membaca terlebih dahulu. Jika tidak, sepertinya tak jadi resensi. Ya mau tidak mau  aku harus melakukannya untuk memenuhi tugasku. Bahkan buku yang aku cari pun buku yang tipis., yaitu buku karangan Gola Gong berjudul ‘Dua Matahari’. Pokoknya luar biasa lah bagiku pengalaman ini. Bahkan saat teringat hal itu aku tersenyum sendiri. ‘Dua Matahari’ judul bukunya, karya Gola Gong.
          Tak sampai satu bulan Alhamdulillah membaca merupakan kegiatan baru yang kusukai untuk mengisi waktu kosongku. Sengaja aku memilih fiksi petualangan, harapanku saat itu untuk tambah menunjang kegiatan membacaku.  Selain itu akupun mulai mencoba menulis. Resensi itulah coretan panjangku yang pertama.
          Beberapa bulan, tulisanku ada yang di posting di blog. Betapa bahagianya saat itu. Seakan itulah penghargaan pertamaku. Inilah pelecut semangatku dalam membaca dan menulis. Dalam hal menulisku memang tidak bagus-bagus amat, tapi aku selalu berusaha. Kritikan pun tak lepas dari guru bahasaku, yang beginilah, begitulah. Rasa malu pun tak ketinggalan. Dalam batinku, ini semua untuk perbuhan yang lebih baik padaku.
Kuteringat tentang “Iqra”, bacalah. Itulah firman Allah yang di wahyukan pada sang rosul yang mulia. Alhamdulillah, bagiku membaca memang suatu yang amat penting. Saat membuka lembaran buku seakan sedang  membuka samudra ilmu. Manfaat yang diperoleh pun banyak. Kita bisa mengetahui sesuatu yang belum kita ketahui, wawasan pun semakin bertambah, dan banyak manfaat lainnya. Di samping itu, membaca bisa menjadi lantaran mencegah kepikunan. Untukku sendiri membaca juga memotivasiku untuk menulis.

Tuesday, September 9, 2014

Ketahuan (Intermezo)


Ketahuan


Bismillahirrahmaanirrahiim
Pengalaman hidup memang sangat menarik, pengalaman mengingatkan kepada sesuatu yang pernah kita alami dahulu, dan dapat diceritakan kepada siapapun dengan kehendak kita.
***
Aku berangkat sekolah dengan penuh semangat, bahwa nanti akan bisa mengerjakan soal sosiologi. Saat itu sedang ada mid smester disekolahku. Sesampainya di sekolah, ada seorang teman yang memanggilku, dia adalah sahabatku.
“Mafud”. Aku tengak-tengok kebingungan, siapa y, kata dalam hatiku.
Tidak lama kemudian dia menampakan dirinya
“Door..r,..r...!”
Dengan suara keras yang menusuk telinga kananku.
“Gak kaget lah.”
Dia kemudian menanyakan sesuatu yang membuatku bingung.
“Gimana Fud?”
“Apanya Zi?”
“Biasa lah, catatanmu”.
“Oh kirain apa, udah dong, lah kamu si?”
“Sudah beres juga dong.”
Tak lama kemudian setelah berbincang-bincang bel berbunyi, tanda sudah masuk.
Tettt..tt.. tett..tt.. tett..tt…
Suara ringan yang keluar dari sebuah alat yang terpasang di tembok dekat tiang.
Kami pun masuk berbondong-bondong dengan tertib dan siap untuk mengikuti ulangan mid semester, walau terlihat masih ada beberapa anak yang masih sibuk belajar. Kelasku duduk bersama dengan kelas XII, tepatnya di ruang 3. Posisi duduku dibarisan paling utara nomor 3 dari depan. Aku duduk dengan kaka kelas perempuan. Temanku yang di belakang dan di depan tempat duduku lumayan cukup pintar. Di jam pertama ini Bu Asih giliran menjaga ruanganku ini untuk mengawasi anak- anak. Dengan wajah tegasnya dibarengi senyum imutnya Bu Asih mengucapkan salam,
“Assalamu’alaikum..”
Dengan serentak kami menjawab salamnya. “Wa’alaikum salam.”
“Sebeum dimulai, mari kita berdo’a dahulu”. kata Bu Asih menyuruh kita berdo’a.
Ketua kaka kelas pun menyiapkan dengan tegasnya. Setelah selesai berdoa kami siap menerima soalnya.
“Jangan menyotek, kerjakan dengan jujur, jangan tengak tengok nanti kepalanya sakit”. canda Bu Asih sambil membagi kertas yang berisikan soal-soalnya.
“iya Bu!” jawab kami serentak.
Kami pun membalas dengan senyuman. Ada seorang dari kaka kelas menyahut
“Oh ya, oke lah bu, tidak boleh nyontek, kalau nurun berarti boleh dong.” semua pun tertawa atas balasan ucapan kaka kelas itu.
Setelah soal selesai diberikan kami siap mengerjakan, dan tak terkecuali aku. Bu Asih berjalan ke setiap meja menanda tangani kartu peserta ujian mid smester. Setelah selesai menulis nama dan kelas, aku mulai beraksi.
Dengan suara lirih aku memanggil Ozi, temankuZi nomor 4”.
Ozi pun membalasnya “belum, baru nulis nama”.
Tiba-tiba Bu Asih memperingatkan. “Sssttttt..tt., kerjakan sendiri!”
Sambil menuggu Bu Asih duduk dan tidak memerhatikan muridnya, aku mengerjakamn yang mudah dahulu. Setelah semua tenang, dan Bu Asih duduk sambil  berbincang-bincang dengan pengawas yang satunya aku mulai melancarkan aksi yang menurutku amat jitu. Contekan yang aku letakan di kaos kaki siap ku rogoh. Dengan berlahan tangan satuku menyeliap. Tiba-tiba terdengar suara yang datang ke telingaku “kletak-kletuk”. Aku tak menghiraukannya. Padahal itu suara sepatu Bu Asih yang sedang mendekat. Saat itu wajahku sedang tertunduk ke bawah, sehingga tidak melihatnya. Dengan berlahan aku mengambil contekanku tanpa melihat situasi dan kondisi.
“Hayo, lagi ngapain itu Mahfud?”
Aku kaget, tidak bisa berkutik saat itu. Tiba-tiba Bu Asih memerintahkan untuk menunjukan kepadanya. “Cepat keluarkan!”
Aku menjawabnya. “Bukan apa-apa Bu, cuma gatal”.
Bu Asih tidak percaya, dan terus mendesak aku agar mengeluarkannya. Dengan nada agak menghentak mengatakan. “CEPAT!”
Dengan terpaksa aku mengeluarkannya. Semua pandanga teman-teman tertuju padaku semua, aku amat malu. Kemudian Bu Asih berkata. “Dah lanjutkan kerjakan, jangan nyontek!”
Aku sangat bingung untuk mengerjakanya, apalagi mapelnya sosialogi yang cukup banyak jawabannya juga pengertiannya dan lain-lain, akhirnya kukerjakan sendiri semua soal itu, kira-kira 60 menit waktu yang kupakai dari 120 menit yang disediakan, kemudian aku langsung keluar dan menuju kantin, tak lama kemudian ada temanku ikut keluar.
Setelah di kantin temanku sambil tertawa mengatakan. “Lagi-lagi hati-hati mau nyontek, lihat-lihat dulu.”
Aku termenung, mengingat kejadian tadi, dan menjawab pernyataan temanku itu. “Ya lah, gampang.”

***