Sahabat
Rosul juga Sahabatku
“Siapa yang mencintaiku maka cintailah sahabatku”
Sahabat Rosululloh
Saw juga tokoh islam yang mengagumkan bagiku. Aku sangat senang membaca
perjalanan- perjalanan mereka. Dia adalah Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin
Khatab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abu Talib. Subhanalloh Maha suci
Engkau yang menciptakan makhluk, dan memelihara tanpa lelah. Dengan kelebihan
masing-masing.
Aku
mengagumi tokoh-tokoh ini karena kesetiaan dan kecintaanya kepada Nabi sangat
pekat dan kepemimpinan mereka setelah Rosululloh wafat. Ketegasan yang amat
luar biasa. Pada masa khulafa Rosidin ini islam semakin hari semakin meluas. Subhanalloh….
“Ya
Robbku, balaslah kebaikan Nabiku, para sahabatnya, tabi’in yang sangat taat kepada ajaran Engkau dan
Rosul-Mu dan sehingga islam tersebar luas
di dunia. Berilah para pengikut safa’at beliau, semoga Engkau selalu
memberikan kepada kami (umat islam) rahmat hidayah, agar kami mendapat
petunjuk-Mu, dan memasukan kami ke dalam suyrga-Mu. Ya Allah, cintaku ini
: cukuplah bagiku kau yang selalu
bersemayam dalam hatiku, Al Qur’an sebagai penerangku, Rosulilloh Saw.
Akhlakku, Amien”
Ini
adalah tugasku dari pak guru yang menyuruh mencatat tenteng tokoh ini. Yang Aku
ambil dari situs internet. Semoga bermanfaat untuk pembaca semua, terutama
untukku. Amien……..
·
Abu Bakar
ash-Shiddiq
Abu Bakar ash-Shiddiq (573 - 634 M, menjadi
khalifah 632 - 634 M) lahir dengan nama Abdus Syams, "Abu
bakar" adalah gelar yang diberikan masyarakat muslim kepadanya. Nama
aslinya adalah !Abdullah bin Abi Kuhafah". Ia mendapat gelar
"as-Shiddiq! setelah masuk islam. Nama sebelum
muslim adalah "Abdul Ka'bah". Ibunya bernama "Salma Ummul Khair", yaitu anak paman "Abu Quhafah". Abu Bakar adalah khalifah pertama Islam setelah kematian Muhammad. Ia adalah salah seorang petinggi Mek
muslim adalah "Abdul Ka'bah". Ibunya bernama "Salma Ummul Khair", yaitu anak paman "Abu Quhafah". Abu Bakar adalah khalifah pertama Islam setelah kematian Muhammad. Ia adalah salah seorang petinggi Mek
Ia juga adalah
orang yang ditunjuk oleh Muhammmad untuk menemaninya hijrah ke Yatsrib. Ia dicatat sebagai salah satu Sahabat Muhammad
yang paling setia dan terdepan melindungi para pemeluk Islam bahkan terhadap
sukunya sendiri.
Ketika Muhammad
sakit keras, Abu Bakar adalah orang yang ditunjuk olehnya untuk menggantikannya
menjadi Imam dalam Salat. Hal ini menurut sebagian besar ulama merupakan
petunjuk dari Nabi Muhammad agar Abu Bakar diangkat menjadi penerus
kepemimpinan Islam, sedangkan sebagian kecil kaum Muslim saat itu, yang
kemudian membentuk aliansi politik Syiah, lebih merujuk kepada Ali bin Abi
Thalib karena ia merupakan keluarga Nabi. Setelah sekian lama perdebatan
akhirnya melalui keputusan bersama umat islam saat itu, Abu Bakar diangkat
sebagai pemimpin pertama umat islam setelah wafatnya Muhammad. Abu Bakar
memimpin selama dua tahun dari tahun 632 sejak kematian Muhammad hingga tahun
634 M.
Selama dua tahun
masa kepemimpinan Abu Bakar, masyarakat Arab di bawah Islam mengalami kemajuan
pesat dalam bidang sosial, budaya dan penegakan hukum. Selama masa
kepemimpinannya pula, Abu bakar berhasil memperluas daerah kekuasaan islam ke Persia,
sebagian Jazirah Arab hingga menaklukkan sebagian daerah kekaisaran Bizantium. Abu Bakar meninggal saat berusia 61 tahun pada
tahun 634 M akibat sakit yang dialaminya.
Abu Bakar menjadi
khalifah hanya dua tahun. Pada tahun 634 M ia meninggal dunia. Masa sesingkat
itu habis untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri terutama tantangan yang
disebabkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada
pemerintah Madinah sepeninggal Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam. Mereka
menganggap bahwa perjanjian yang dibuat dengan Nabi Muhammad Shallallahu
‘Alaihi wasallam, dengan sendirinya batal setelah Nabi Shallallahu ‘Alaihi
wasallam wafat. Karena itu mereka menentang Abu Bakar. Karena sikap keras
kepala dan penentangan mereka yang dapat membahayakan agama dan pemerintahan,
Abu Bakar menyelesaikan persoalan ini dengan apa yang disebut Perang Riddah
(perang melawan kemurtadan). Khalid ibn Al-Walid adalah panglima yang banyak
berjasa dalam Perang Riddah ini.
Nampaknya,
kekuasaan yang dijalankan pada masa Khalifah Abu Bakar, sebagaimana pada masa
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam, bersifat sentral; kekuasaan
legislatif, eksekutif dan yudikatif terpusat di tangan khalifah. Selain
menjalankan roda pemerintahan, Khalifah juga melaksanakan hukum yang telah
ditetapkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Meskipun demikian, seperti juga Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wasallam, Abu Bakar selalu mengajak
sahabat-sahabat besarnya bermusyawarah.
Setelah
menyelesaikan urusan perang dalam negeri, barulah Abu Bakar mengirim kekuatan
ke luar Arabia. Khalid ibn Walid dikirim ke Iraq dan dapat menguasai wilayah
al-Hirah di tahun 634 M. Ke Syria dikirim ekspedisi di bawah pimpinan empat
panglima yaitu Abu Ubaidah ibnul Jarrah, Amr ibnul 'Ash, Yazid ibn Abi Sufyan
dan Syurahbil. Sebelumnya pasukan dipimpin oleh Usamah ibn Zaid yang masih
berusia 18 tahun. Untuk memperkuat tentara ini, Khalid ibn Walid diperintahkan
meninggalkan Irak, dan melalui gurun pasir yang jarang dijalani, ia sampai ke
Syria.
·
Umar bin Khattab
Umar bin Khattab (586-590 - 644 M, menjadi khalifah 634 - 644 M)
adalah khalifah ke-2 dalam sejarah Islam. pengangkatan umar bukan berdasarkan
konsensus tetapi berdasarkan surat wasiat yang ditinggalkan oleh Abu Bakar. Hal
ini tidak menimbulkan pertentangan berarti di kalangan umat islam saat itu karena
umat Muslim sangat mengenal Umar sebagai orang yang paling dekat dan paling
setia membela ajaran Islam. Hanya segelintir kaum, yang kelak menjadi golongan
Syi'ah, yang tetap berpendapat bahwa seharusnya Ali yang menjadi khalifah. Umar
memerintah selama sepuluh tahun dari tahun 634 hingga 644.
Ketika Abu Bakar
sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, ia bermusyawarah dengan para pemuka
sahabat, kemudian mengangkat Umar bin Khatthab sebagai penggantinya dengan
maksud untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan di
kalangan umat Islam. Kebijaksanaan Abu Bakar tersebut ternyata diterima
masyarakat yang segera secara beramai-ramai membaiat Umar. Umar menyebut
dirinya Khalifah Rasulillah (pengganti dari Rasulullah). Ia juga memperkenalkan
istilah Amir al-Mu'minin (petinggi orang-orang yang beriman).
Di zaman Umar
gelombang ekspansi (perluasan daerah kekuasaan) pertama terjadi; ibu kota
Syria, Damaskus, jatuh tahun 635 M dan setahun kemudian, setelah tentara
Bizantium kalah di pertempuran Yarmuk, seluruh daerah Syria jatuh ke bawah
kekuasaan Islam. Dengan memakai Syria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke
Mesir di bawah pimpinan 'Amr ibn 'Ash dan ke Irak di bawah pimpinan Sa'ad ibn
Abi Waqqash. Iskandariah (Alexandria, sekarang Istanbul),
ibu kota Mesir, ditaklukkan tahun 641 M. Dengan demikian, Mesir jatuh ke bawah
kekuasaan Islam. Al-Qadisiyah, sebuah kota dekat Hirah di Iraq, jatuh pada
tahun 637 M. Dari sana serangan dilanjutkan ke ibu kota Persia, al-Madain yang
jatuh pada tahun itu juga. Pada tahun 641 M, Moshul dapat dikuasai. Dengan
demikian, pada masa kepemimpinan Umar Radhiallahu ‘anhu, wilayah kekuasaan
Islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syria, sebagian besar wilayah
Persia, dan Mesir.
Karena perluasan
daerah terjadi dengan cepat, Umar segera mengatur administrasi negara dengan
mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia. Administrasi
pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah propinsi: Makkah, Madinah, Syria,
Jazirah Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Beberapa departemen yang dipandang
perlu didirikan. Pada masanya
mulai diatur dan ditertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah. Pengadilan didirikan dalam rangka memisahkan lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif. Untuk menjaga keamanan dan ketertiban, jawatan kepolisian dibentuk. Demikian pula jawatan pekerjaan umum. Umar juga mendirikan Bait al-Mal, menempa mata uang, dan membuat tahun hijiah.
mulai diatur dan ditertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah. Pengadilan didirikan dalam rangka memisahkan lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif. Untuk menjaga keamanan dan ketertiban, jawatan kepolisian dibentuk. Demikian pula jawatan pekerjaan umum. Umar juga mendirikan Bait al-Mal, menempa mata uang, dan membuat tahun hijiah.
Umar memerintah
selama sepuluh tahun (13-23 H/634-644 M). Masa jabatannya berakhir dengan
kematian. Dia dibunuh oleh seorang Zoroastrianis, budak Fanatik dari Persia
bernama Abu Lu'lu'ah. Untuk menentukan penggantinya, Umar tidak menempuh jalan
yang dilakukan Abu Bakar. Dia menunjuk enam orang sahabat dan meminta kepada
mereka untuk memilih salah seorang di antaranya menjadi khalifah. Enam orang
tersebut adalah Usman, Ali, Thalhah, Zubair, Sa'ad ibn Abi Waqqash, Abdurrahman
ibn 'Auf. Setelah Umar wafat, tim ini bermusyawarah dan berhasil menunjuk Utsman
sebagai khalifah, melalui proses yang agak ketat dengan Ali ibn Abi Thalib.
·
Utsman bin Affan
Utsman bin Affan dilahirkan pada tahun 573 M pada sebuah keluarga
dari suku Quraisy bani Umayah. Nenek moyangnya bersatu dengan nasab Nabi
Muhammad saw. pada generasi ke-5. Sebelum masuk islam ia dipanggil degan
sebutan Abu Amr. Ia begelar Dzunnurain, karena menikahi dua putri Nabi saw.
(menjadi khalifah 644-655 M) adalah khalifah ke-3 dalam sejarah Islam. Umar bin
Khattab tidak dapat memutuskan bagaimana cara terbaik menentukan khalifah
penggantinya. Segera setelah peristiwa penikaman dirinya oleh Fairuz, seorang
majusi persia, Umar mempertimbangkan untuk tidak memilih pengganti sebagaimana
dilakukan Rasulullah. Namun Umar juga berpikir untuk meninggalkan wasiat seperti
dilakukan Abu Bakar. Sebagai jalan keluar, Umar menunjuk enam orang Sahabat
sebagai Dewan Formatur yang bertugas memilih Khalifah baru. Keenam Orang itu
adalah Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqash, Thalhah bin
Ubaidillah,
Zubair bin Awwam, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib.
Di masa
pemerintahan Utsman, Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan bagian yang tersisa
dari Persia, Transoxania, dan Tabaristan berhasil direbut. Ekspansi Islam
pertama berhenti sampai di sini.
Pemerintahan Usman berlangsung selama
12 tahun, pada paruh terakhir masa kekhalifahannya muncul perasaan tidak puas
dan kecewa di kalangan umat Islam terhadapnya. Kepemimpinan Utsman memang
sangat berbeda dengan kepemimpinan Umar. Ini karena fitnah dan hasutan dari
Abdullah bin Saba’ Al-Yamani salah seorang yahudi yang berpura-pura masuk
islam. Ibnu Saba’ ini gemar berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat
lainnya untuk menyebarkan fitnah kepada kaum muslimin yang baru masa
keislamannya. Akhirnya pada tahun 35 H/1655 M, Utsman dibunuh oleh kaum
pemberontak yang terdiri dari orang-orang yang berhasil dihasut oleh Abdullah
bin Saba’ itu.
Salah satu faktor
yang menyebabkan banyak rakyat berburuk sangka terhadap kepemimpinan Utsman
adalah kebijaksanaannya mengangkat keluarga dalam kedudukan tinggi. Yang
terpenting di antaranya adalah Marwan ibn Hakam Rahimahullah. Dialah pada
dasarnya yang dianggap oleh orang-orang tersebut yang menjalankan pemerintahan,
sedangkan Utsman hanya menyandang gelar Khalifah. Setelah banyak anggota
keluarganya yang duduk dalam jabatan-jabatan penting, Usman laksana boneka di
hadapan kerabatnya itu. Dia tidak dapat berbuat banyak dan terlalu lemah
terhadap keluarganya. Dia juga tidak tegas terhadap kesalahan bawahan. Harta
kekayaan negara, oleh kerabatnya dibagi-bagikan tanpa terkontrol oleh Utsman
sendiri. Itu semua akibat fitnah yang ditebarkan oleh Abdullah bin Saba’,
meskipun Utsman tercatat paling berjasa membangun bendungan untuk menjaga arus
banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Dia juga membangun
jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid dan memperluas masjid Nabi di
Madinah.
·
Ali bin Abi Thalib
Para
pemberontak terus mengepung rumah Utsman. Ali memerintahkan ketiga puteranya,
Hasan, Husain dan Muhammad bin Ali al-Hanafiyah mengawal Utsman dan mencegah
para pemberontak memasuki rumah. Namun kekuatan yang sangat besar dari
pemberontak akhirnya berhasil menerobos masuk dan membunuh Khalifah Utsman.
Setelah Utsman
wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali ibn Abi Thalib sebagai khalifah.
Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi
berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikit pun dalam pemerintahannya yang
dapat dikatakan stabil. Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali menon-aktifkan
para gubernur yang diangkat oleh Utsman. Dia yakin bahwa
pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka. Dia juga menarik
kembali tanah yang dihadiahkan Utsmankepada penduduk dengan menyerahkan hasil
pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem distribusi pajak
tahunan di antara orang-orang Islam sebagaimana pernah diterapkan Umar.
Tidak lama setelah
itu, Ali ibn Abi Thalib menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair dan Aisyah.
Alasan mereka, Ali tidak mau menghukum para pembunuh Utsman, dan mereka
menuntut bela terhadap darah Utsman yang telah ditumpahkan secara zhalim. Ali
sebenarnya ingin sekali menghindari perang. Dia mengirim surat kepada Thalhah
dan Zubair agar keduanya mau berunding untuk menyelesaikan perkara itu secara
damai. Namun ajakan tersebut ditolak. Akhirnya, pertempuran yang dahsyat pun
berkobar. Perang ini dikenal dengan nama Perang Jamal (Unta), karena Aisyah
dalam pertempuran itu menunggang unta, dan berhasil mengalahkan lawannya.
Zubair dan Thalhah terbunuh, sedangkan Aisyah ditawan dan dikirim kembali ke
Madinah.
Bersamaan dengan
itu, kebijaksanaan-kebijaksanaan Ali juga mengakibatkan timbulnya perlawanan
dari para gubernur di Damaskus, Mu'awiyah, yang didukung oleh sejumlah bekas
pejabat tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan. Setelah berhasil
memadamkan pemberontakan Zubair, Thalhah dan Aisyah, Ali bergerak dari Kufah
menuju Damaskus dengan sejumlah besar tentara. Pasukannya bertemu dengan
pasukan Mu'awiyah di Shiffin. Pertempuran terjadi di sini yang dikenal dengan
nama Perang Shiffin. Perang ini diakhiri dengan tahkim (arbitrase),
tapi tahkim ternyata tidak menyelesaikan masalah, bahkan menyebabkan timbulnya
golongan ketiga, kaum Khawarij,
orang-orang yang keluar dari barisan Ali. Akibatnya, di ujung masa pemerintahan
Ali bin Abi Thalib umat Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik, yaitu
Mu'awiyah, Syi'ah (pengikut Abdullah bin Saba’ al-yahudu) yang menyusup pada
barisan tentara Ali, dan al-Khawarij (orang-orang yang keluar dari barisan
Ali). Keadaan ini tidak menguntungkan Ali. Munculnya kelompok Khawarij
menyebabkan tentaranya semakin lemah, sementara posisi Mu'awiyah semakin kuat.
Pada tanggal 20 ramadhan 40 H (660 M), Ali terbunuh oleh salah seorang anggota
Khawarij yaitu Abdullah bin Muljam.
***
Betapa
gigihnya mereka untuk menyiarkan agama islam ini. Tanpa kenel lelah mereka
berjuang hingga titik penghabisan akhir hayatnya. Suri tauladan yang harus kita
contoh.
No comments:
Post a Comment