Budak yang baik hati
Kisah budak yang baik hati kepada seekor anjing yang berbuah
manis karna keikhlasan.
Dahulu ada seorang
kaya raya dan dermawan bernama Abdullah Ibn Ja’far yang mempunyai putra bernama
Ja’far Ibn Abi halaib.
Pada suatu hari
saaat itu panas, ia berjalan-jalan mengelilingi kebunya. Setelah di rasa cukup
lelah mengelilingi kebun, ia pun bermaksud berteduh di bawah pohon di kebun
milik orang lain. Kebun itu di jaga oleh seorang budak yang saat itu membawa
tiga potong roti.
Dari kejauhan ada seekor
anjing lari-lari menjulurkan lidahnya karena kehausan dan kelaparan. Anjing itu
mendekati budak tadi sambil menggerak-gerakan ekornya dan menjila-jilat sesuatu
di sekitar budak tadi. Melihat perilaku
anjing itu, hati hati budak terketuk dan memberikan sepotong rotinya. Anjing
itupun memakannya sampai habis. Akan tetapi anjing itu masih penasaran dan
tetap mengadah meminta kepada budak yang masih memegang dua roti. Lalu
diberikanlah yang sepotong dan anjing itupun memakannya sampai habis. Walau sudah
diberikan dua potong roti, nampaknya anjing itu masih tetap kurang. Melihat
kondisi anjing yang memelas seperti itu, budakpun tidak tega dan merelakan
sepotong rotinya kepada injing itu. Padahal rencananya roti itu untuk makanan
nanti sore, sekedar mengganjal perut yang kosong.
Setelah habis tiga potong roti, anjing itupun pergi. Menyaksikan
adegan tersebut, Abdullah Ibn Ja’far memanggil budak tadi dan bertanya,
“Hai Saudara, berapa
potong roti yang diberikan tuan untuk makan hari ini?”
” Ya sebanyak yang bapak lihat, yakni 3 potong roti yang sudah
saya berikan tadi kepada si anjing. ‘’ jawab budak.
“Saya melihat anjing itu, sepertinya bukan anjing dari sekitar
sini. Seperti anjing itu datang dari jauh dan mengembara sampi kesini karena
kelaparan. Saya sangat kasihan kepada anjing tadi dan tidak sampai hati
melihatnya kelaparan tak berdaya.” Kata Abdullah.
Abdullah pun seperti
mr=engulanginya lagi,
“Lalu apa yang akan kau makan hari ini?”
Dengan lugas sang budak menjawab,
“Aku akan mengikatkan ikat pinggang kuat-kuat agar tidak terasa
lapar,” tukasnya.
Mendengar jawaban budak itu, Abdullah Ibn Ja’far termenung dan
berkata pda dirinya sendiri,”Sampai di mana aku di kenal sebagai seorang dermawan. Padahal budak ini
lebih dermawan dari pada aku. Ia bersedia member makan yang akan dimakannya
untuk satu hari
hanya karena tidak tahan melihat seekor anjing yang
nyaris mati kelaparan.”
Abdullah Ibn Ja’far pun merenung beberapa saat, kemudian
memanggil budak tadi dan meminta di tujukan rumah majikannya. Setelah di beri
alamat yang jelas, ia pergi ke rumah yang di tuju, yaitu rumah majikan budak
tadi. Sesampainya di rumah, ia di temuinya majikannya. Kemudian Abdullah Ibn
Ja’far mengutarakan maksud bahwa ia ingin membeli sepetak kebun dan budak yang
menjaga kebun itu.
Setelah mendapatkan kesepakatan harga, dibayarlah harga kebun
dan budak tersebut. Abdullah Ibn Ja’far pergi ke toko alat-alat perkebunan. Dari sana, ia langsung
menemui budak tersebutdi kebun yang dijaganya. Saat itu, budak sedang menjaga
dan menahan haus dan laparnya.
Dijelaskannya, bahwa kebun yang dijaganya telah jadi miliknya. Tak di sangka
Abdullah Ibn Ja’far kemudian bekata, “ Mulai skarang kebun ini saya serahkan
kepadamu, dan engaku sekarang telah menjadi orang merdeka. Kemudian semua
peralatan perkebunan ini funakanlaha sebaik-baiknya untuk pengembangan dan
pengolahan tanah garapan kebun ini. Hiduplah engkau dengan bahagia dalam
memelihara dan memeberdayakan kebun ini untuk kehidupanmu.”
Sang budak sangat senang, dan mengatakan,
“Terimakasih tuan ats segala kebaikan yang tuan berikan padaku.”
No comments:
Post a Comment