Wednesday, December 19, 2012

Kisah Tauladan



Budak yang baik hati
Kisah budak yang baik hati kepada seekor anjing yang berbuah manis karna keikhlasan.
        Dahulu ada seorang kaya raya dan dermawan bernama Abdullah Ibn Ja’far yang mempunyai putra bernama Ja’far Ibn Abi halaib.
        Pada suatu hari saaat itu panas, ia berjalan-jalan mengelilingi kebunya. Setelah di rasa cukup lelah mengelilingi kebun, ia pun bermaksud berteduh di bawah pohon di kebun milik orang lain. Kebun itu di jaga oleh seorang budak yang saat itu membawa tiga potong roti.
 Dari kejauhan ada seekor anjing lari-lari menjulurkan lidahnya karena kehausan dan kelaparan. Anjing itu mendekati budak tadi sambil menggerak-gerakan ekornya dan menjila-jilat sesuatu di sekitar budak tadi.  Melihat perilaku anjing itu, hati hati budak terketuk dan memberikan sepotong rotinya. Anjing itupun memakannya sampai habis. Akan tetapi anjing itu masih penasaran dan tetap mengadah meminta kepada budak yang masih memegang dua roti. Lalu diberikanlah yang sepotong dan anjing itupun memakannya sampai habis. Walau sudah diberikan dua potong roti, nampaknya anjing itu masih tetap kurang. Melihat kondisi anjing yang memelas seperti itu, budakpun tidak tega dan merelakan sepotong rotinya kepada injing itu. Padahal rencananya roti itu untuk makanan nanti sore, sekedar mengganjal perut yang kosong.
Setelah habis tiga potong roti, anjing itupun pergi. Menyaksikan adegan tersebut, Abdullah Ibn Ja’far memanggil budak tadi dan bertanya,
 “Hai Saudara, berapa potong roti yang diberikan tuan untuk makan hari ini?”
” Ya sebanyak yang bapak lihat, yakni 3 potong roti yang sudah saya berikan tadi kepada si anjing. ‘’ jawab budak.
“Saya melihat anjing itu, sepertinya bukan anjing dari sekitar sini. Seperti anjing itu datang dari jauh dan mengembara sampi kesini karena kelaparan. Saya sangat kasihan kepada anjing tadi dan tidak sampai hati melihatnya kelaparan tak berdaya.” Kata Abdullah.
Abdullah pun seperti  mr=engulanginya lagi,
“Lalu apa yang akan kau makan hari ini?”
Dengan lugas sang budak menjawab,
“Aku akan mengikatkan ikat pinggang kuat-kuat agar tidak terasa lapar,” tukasnya.
Mendengar jawaban budak itu, Abdullah Ibn Ja’far termenung dan berkata pda dirinya sendiri,”Sampai di mana aku di kenal  sebagai seorang dermawan. Padahal budak ini lebih dermawan dari pada aku. Ia bersedia member makan yang akan dimakannya untuk satu hari

hanya karena tidak tahan melihat seekor anjing yang
nyaris mati kelaparan.”
Abdullah Ibn Ja’far pun merenung beberapa saat, kemudian memanggil budak tadi dan meminta di tujukan rumah majikannya. Setelah di beri alamat yang jelas, ia pergi ke rumah yang di tuju, yaitu rumah majikan budak tadi. Sesampainya di rumah, ia di temuinya majikannya. Kemudian Abdullah Ibn Ja’far mengutarakan maksud bahwa ia ingin membeli sepetak kebun dan budak yang menjaga kebun itu.
Setelah mendapatkan kesepakatan harga, dibayarlah harga kebun dan budak tersebut. Abdullah Ibn Ja’far pergi ke toko  alat-alat perkebunan. Dari sana, ia langsung menemui budak tersebutdi kebun yang dijaganya. Saat itu, budak sedang menjaga dan menahan  haus dan laparnya. Dijelaskannya, bahwa kebun yang dijaganya telah jadi miliknya. Tak di sangka Abdullah Ibn Ja’far kemudian bekata, “ Mulai skarang kebun ini saya serahkan kepadamu, dan engaku sekarang telah menjadi orang merdeka. Kemudian semua peralatan perkebunan ini funakanlaha sebaik-baiknya untuk pengembangan dan pengolahan tanah garapan kebun ini. Hiduplah engkau dengan bahagia dalam memelihara dan memeberdayakan kebun ini untuk kehidupanmu.”
Sang budak sangat senang, dan mengatakan,
“Terimakasih tuan ats segala kebaikan yang tuan berikan padaku.”

No comments: