Ceritaku di Hari Ibu
Aku teringat saat ibuku menangis, berbaring, air mata yang
mengalir dari kelopak matanya. Mengalir ke telinga kanan dan kiri, sambil
menyebut nama Allah. Disebelah kanan terlihat bu lik saya, dan sebelah kiri
mbah atau ibu dari ibuku. Mereka menuntun ibuku untuk menyebut nama Allah. Aku
dan kedua menangis di sebelah tangan kiri ibuku. Kami menatap wajah ibuku yang sudah terlihat
putih pucat. Yang akan meninggalkan kami untuk selamanya.
Aku benar-benar
merasakan kesedihan yang sangat dalam. Ibuku yang menyayangiku, yang selalu
membimbingku, mengajariku belajar dan mengaji. Sekitar pukul 10.00 WIB, beliau
menghembuskan nafas terakhirnya. Aku masih tak percaya benar-benar akan
meninggalkanku untuk selama-lamanya. Mataku semakin tak kuasa untuk membendung
air mata.air mataku mengalir di pipiku dan menetes membasahi bantal tempat kepala ibuku berbaring. Salah
seorang saudaraku memanggilku dan membawaku keluar dari kamar. Ia menghiburku
agar aku tidak menagis. ”Mengapa ini bisa terjadi padaku Ya Allah, ibu pergi
meninggalkanku , aku akan hidup bengan siapa? Siapa yang akan membimbingku?
Siapa yang akan mengajariku belajar dan mengaji? Bagaimana dengan adik-adikku?
Ya Allah mengapa engkau mengambil ibuku?” kata-kata yang terlintas dalam benaku
saat itu.
Tak lama setelah
ibuku menhembuskan nafas terakhir, ibuku di gangkat aleh pamanku, pak likku.
Dengan rasa sedih mereka mengangkat tubuh yang lemas tak bernyawa dengan penuh
kelembutan untuk dimandikannya. Aku menatapnya dengan rasa tek percaya. Guyuran
air membasahi tubuhnya.
Seusainya mereka
mengafani dan mensholatinya, ibuku di gotong dengan kendaraan khusus. ”Oh
Ibuku….. semoga engkau merasakan kenikmatan yang lebih baik di sana.”
Satu minggu
berlalu, rasa sakit dalam hatiku berkurang. Aku memanjat pohon depan rumah
untuk mrnghibur hati yang sepi, dan aku termenung mengingat saat-saat bersama
ibuku. Banyak hal yang tak akan kulupakan.
Sepuluh tahun
berlalu. Rasa yang dulu menyakitkan sudah terlupa dalam hatiku, kini aku tak
merasakan kesepian. “Walau engkau telah tiada, namun bagiku engkau selalu
bersamaku ibu.” Di hari ibu ini, aku tidak dapat member i sesuatu apapun selain do’a,
رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ
وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
“Ya Tuhan kami, beri ampunlah
Aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya
hisab (hari kiamat)". Amien..
Aku teringat saat
aku masih kanak-kanak. Yang masih cukup susah di atur. Hal itu membuatku
tertawa saat kumengingatnya,”Hua…kenapa dulu aku nakal, membuat ibuku jengkel. Sudahlah lupakan semua, itu masa lalu, masa kecilku. Tapi untuk sekarang aku
berikan yang terbaik untuk ibuku?” Kata ibuku,”Jadilah anak yang soleh, rajin belajar untuk mendapatkan ilmu yang
banyak dan bermanfaat dan rajin mengaji, gapailah cita-citamu, kamu harus jadi
orang yang sukses, bahagia dunia akhirat, dan jangan lupa pada kedua
adik-adikmu.”
Kata dukungan
semangat yang selalu dilontarkan kepada aku. Mungkin karna akulah anak pertama.
Ketika ibuku akan pergi beliau sangat berharap padaku,”Jadi jangan kukecewakan..!
Semangat Mahfud…!”
Ibu
Di saat ku sendirian
Engkau datang menemani
Di saat ku merasa dingin
Engkau memberi kehangatan bagai mentari pagi
Di saat ku terjatuh
Engkaulah yang membangunkanku
Ibu…
Engkau yang selalu melindungiku
Bagai tembok kokoh tak tergoyah
Engkau penyemangat hidupku
Membara dalam hati yang ceria
Engkau menunjukan dunia padaku bagai atlas
Engkau bagai malaikat dalam hidupku
Jasa-jasa yang tak dapat ku bayar
Terima kasih Ibu….
Selamat Hari Ibu…..22 Desember 2012
No comments:
Post a Comment