Friday, December 21, 2012

Ceritaku


Ceritaku di Hari Ibu
Aku teringat saat ibuku menangis, berbaring, air mata yang mengalir dari kelopak matanya. Mengalir ke telinga kanan dan kiri, sambil menyebut nama Allah. Disebelah kanan terlihat bu lik saya, dan sebelah kiri mbah atau ibu dari ibuku. Mereka menuntun ibuku untuk menyebut nama Allah. Aku dan kedua menangis di sebelah tangan kiri ibuku.  Kami menatap wajah ibuku yang sudah terlihat putih pucat. Yang akan meninggalkan kami untuk selamanya.
          Aku benar-benar merasakan kesedihan yang sangat dalam. Ibuku yang menyayangiku, yang selalu membimbingku, mengajariku belajar dan mengaji. Sekitar pukul 10.00 WIB, beliau menghembuskan nafas terakhirnya. Aku masih tak percaya benar-benar akan meninggalkanku untuk selama-lamanya. Mataku semakin tak kuasa untuk membendung air mata.air mataku mengalir di pipiku dan menetes membasahi  bantal tempat kepala ibuku berbaring. Salah seorang saudaraku memanggilku dan membawaku keluar dari kamar. Ia menghiburku agar aku tidak menagis. ”Mengapa ini bisa terjadi padaku Ya Allah, ibu pergi meninggalkanku , aku akan hidup bengan siapa? Siapa yang akan membimbingku? Siapa yang akan mengajariku belajar dan mengaji? Bagaimana dengan adik-adikku? Ya Allah mengapa engkau mengambil ibuku?” kata-kata yang terlintas dalam benaku saat itu.
          Tak lama setelah ibuku menhembuskan nafas terakhir, ibuku di gangkat aleh pamanku, pak likku. Dengan rasa sedih mereka mengangkat tubuh yang lemas tak bernyawa dengan penuh kelembutan untuk dimandikannya. Aku menatapnya dengan rasa tek percaya. Guyuran air membasahi tubuhnya.
          Seusainya mereka mengafani dan mensholatinya, ibuku di gotong dengan kendaraan khusus. ”Oh Ibuku….. semoga engkau merasakan kenikmatan yang lebih baik di sana.”
          Satu minggu berlalu, rasa sakit dalam hatiku berkurang. Aku memanjat pohon depan rumah untuk mrnghibur hati yang sepi, dan aku termenung mengingat saat-saat bersama ibuku. Banyak hal yang tak akan kulupakan. 
          Sepuluh tahun berlalu. Rasa yang dulu menyakitkan sudah terlupa dalam hatiku, kini aku tak merasakan kesepian. “Walau engkau telah tiada, namun bagiku engkau selalu bersamaku ibu.” Di hari ibu ini, aku tidak dapat member i sesuatu  apapun selain do’a,


رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ

Ya Tuhan kami, beri ampunlah Aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)". Amien..
          Aku teringat saat aku masih kanak-kanak. Yang masih cukup susah di atur. Hal itu membuatku tertawa saat kumengingatnya,”Hua…kenapa dulu aku nakal, membuat ibuku  jengkel. Sudahlah lupakan semua, itu  masa lalu, masa kecilku. Tapi untuk sekarang aku berikan yang terbaik untuk ibuku?” Kata ibuku,”Jadilah anak yang soleh,  rajin belajar untuk mendapatkan ilmu yang banyak dan bermanfaat dan rajin mengaji, gapailah cita-citamu, kamu harus jadi orang yang sukses, bahagia dunia akhirat, dan jangan lupa pada kedua adik-adikmu.”
          Kata dukungan semangat yang selalu dilontarkan kepada aku. Mungkin karna akulah anak pertama. Ketika ibuku akan pergi beliau sangat berharap padaku,”Jadi jangan kukecewakan..! Semangat Mahfud…!”
Ibu
Di saat ku sendirian
Engkau datang menemani
Di saat ku merasa dingin
Engkau memberi kehangatan bagai mentari pagi
Di saat ku terjatuh
Engkaulah yang membangunkanku
Ibu…
Engkau yang selalu melindungiku
Bagai tembok kokoh tak tergoyah
Engkau penyemangat hidupku
Membara dalam hati yang ceria
Engkau menunjukan dunia padaku bagai atlas
Engkau bagai malaikat dalam hidupku
Jasa-jasa yang tak dapat ku bayar
Terima kasih Ibu….

Selamat Hari Ibu…..22 Desember 2012

No comments: